Surat Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, memiliki posisi istimewa, terutama karena keutamaannya yang sangat besar bagi mereka yang membacanya di hari Jumat. Ayat-ayat awal surat ini, khususnya ayat 7 dan 8, menjadi fondasi penting dalam memahami tujuan penciptaan dunia dan hakikat kehidupan di dalamnya.
Terjemahan Ayat 7: "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya."
Terjemahan Ayat 8: "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan apa yang ada di atasnya (bumi) tanah yang tandus."
Penjelasan Mendalam Ayat 7: Ujian Kehidupan Dunia
Ayat 7 Surat Al-Kahfi memberikan pengantar yang sangat kuat mengenai pandangan Islam terhadap dunia. Allah SWT menyatakan, "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya."
Perhiasan di sini mencakup segala sesuatu yang menarik perhatian manusia: kekayaan, kesenangan, jabatan, kecantikan, dan kenikmatan material lainnya. Namun, tujuan penciptaan perhiasan ini bukanlah untuk dinikmati tanpa batas, melainkan sebagai sarana ujian (lilinabluwahum).
Allah hendak menguji hamba-hamba-Nya, "siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya." Ini adalah inti dari ayat ini. Ujian terbesar bukanlah seberapa banyak yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menggunakan apa yang kita miliki. Apakah kita menggunakan kekayaan untuk amal saleh, ataukah kita tertipu dan lupa diri karena perhiasan dunia? Fokusnya adalah pada kualitas amal, bukan kuantitas harta atau kesenangan yang didapat dari dunia. Ini menuntut seorang mukmin untuk selalu menimbang setiap tindakan mereka berdasarkan timbangan akhirat.
Penjelasan Mendalam Ayat 8: Kepastian Fana Dunia
Setelah menjelaskan fungsi dunia sebagai tempat ujian, Allah SWT menutup ayat 8 dengan kepastian yang tegas: "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan apa yang ada di atasnya (bumi) tanah yang tandus."
Ayat ini menegaskan bahwa semua perhiasan dan kemegahan dunia yang kita lihat hari ini bersifat fana (sementara). Tidak ada yang abadi di bumi ini. Pada akhirnya, semua akan kembali menjadi tanah yang tandus dan sunyi. Konsep ini berfungsi sebagai pengingat serius agar manusia tidak menaruh harapan dan cinta yang berlebihan kepada sesuatu yang pasti akan lenyap.
Fungsi ayat 8 adalah sebagai penyeimbang psikologis spiritual. Jika ayat 7 mengajak kita untuk berlomba dalam kebaikan di tengah kesenangan, ayat 8 mengingatkan kita bahwa kesenangan itu tidak akan bertahan selamanya. Hal ini mendorong kita untuk tidak terlalu bersedih ketika kehilangan dunia, karena memang sifatnya sementara, dan sebaliknya, tidak terlalu bangga ketika memperolehnya.
Hikmah Penggabungan Ayat 7 dan 8
Penggabungan kedua ayat ini menciptakan keseimbangan sempurna dalam perspektif seorang Muslim terhadap kehidupan.
1. **Motivasi untuk Berbuat Baik:** Ayat 7 memotivasi kita untuk beramal terbaik karena kita sedang diuji, dan ada penilaian akhir.
2. **Pelepasan Diri (Zuhud):** Ayat 8 memberikan landasan untuk hidup zuhud—bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi tidak menjadikan dunia sebagai tujuan akhir dan tidak menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan sejati.
Dunia adalah ladang. Allah menghiasinya agar kita termotivasi menanam kebaikan (amal saleh). Setelah panen selesai (yaitu setelah kematian dan kehidupan dunia berakhir), ladang itu akan kembali kosong dan tandus, hanya menyisakan hasil tanam (amal) yang kita bawa. Memahami Surat Al-Kahfi ayat 7 dan 8 secara mendalam membantu seorang Muslim menjalani hidup dengan kesadaran penuh akan tujuan penciptaan dan akhirat.