Surat Al-Kahfi (Gua) adalah surat yang kaya akan pelajaran hidup, terutama dalam menghadapi ujian, godaan, dan ketidaktahuan manusia terhadap kebijaksanaan ilahi. Bagian akhir dari surat ini, khususnya ayat 70 hingga 110, menyoroti pertemuan monumental antara Nabi Musa AS dengan hamba Allah yang saleh, Al-Khidr (dikenal dalam tafsir).
Kisah ini dimulai ketika Nabi Musa, yang dipuji sebagai pembicara Allah, meminta untuk bertemu dengan orang yang paling berilmu di bumi. Allah mengarahkan beliau kepada Al-Khidr. Pertemuan ini menjadi ujian kesabaran bagi Musa, karena Al-Khidr melakukan tindakan-tindakan yang pada zahirnya tampak kejam atau salah, padahal di baliknya terdapat hikmah yang mendalam yang hanya diketahui oleh Allah.
Ayat krusial yang menjadi landasan bagi kisah ini adalah:
Al-Khidr memberikan syarat yang tegas, yang menunjukkan betapa sulitnya memahami ilmu hakiki:
Selama perjalanan bersama, terjadi tiga peristiwa utama yang menjadi inti pengajaran: merusak perahu, membunuh seorang anak muda, dan memperbaiki dinding yang hampir roboh.
Ketika mereka menaiki perahu, Al-Khidr melubanginya. Musa keberatan karena tindakan itu membahayakan penumpang. Al-Khidr menjelaskan alasannya:
Ini mengajarkan bahwa kadang kerugian materi sesaat adalah perlindungan dari kerugian yang lebih besar di masa depan. Kita sering menilai dari permukaan (zahir) tanpa melihat hasil akhir (batini).
Peristiwa kedua adalah pembunuhan seorang anak muda yang belum baligh. Musa terkejut dan menganggap ini adalah kejahatan besar. Al-Khidr kembali memberikan penjelasan:
Ayat ini membuka perspektif bahwa kematian dini bagi seorang anak dari orang beriman adalah rahmat, menyelamatkan mereka dari potensi menjadi fitnah besar di kemudian hari.
Peristiwa terakhir adalah ketika mereka singgah di sebuah desa dan menolak diberi jamuan, namun Al-Khidr memperbaiki dinding yang hampir roboh milik dua anak yatim. Tujuannya:
Ini menunjukkan nilai utama dari amal jariyah yang ditinggalkan oleh orang saleh—perlindungan harta warisan untuk generasi penerus mereka, murni atas dasar kasih sayang ilahi.
Setelah kisah berakhir, Allah menutup Surat Al-Kahfi dengan penegasan penting mengenai batasan ilmu manusia:
Dan klimaksnya:
Pelajaran dari ayat 70 hingga 110 ini sangat jelas: Pertama, ilmu manusia itu sangat terbatas dibandingkan ilmu Allah. Kedua, jangan tergesa-gesa menghakimi tindakan yang tampak negatif, karena mungkin di baliknya terdapat kebaikan yang lebih besar. Ketiga, fokus utama seorang mukmin adalah tauhid murni (mengesakan Allah) dan amal saleh, karena itulah bekal sejati untuk kembali kepada-Nya.
Ilustrasi Metafora Hikmah dan Pengetahuan Tersembunyi