Ilustrasi: Kekuatan yang Tak Terlihat Menghadapi Keangkuhan
Kisah Peperangan yang Terhenti
Surat Al Fil, yang berarti "Gajah," adalah salah satu surat terpendek dalam Al-Qur'an, namun mengandung pelajaran mendalam yang relevan sepanjang masa. Kisah ini menceritakan peristiwa dramatis ketika pasukan besar yang dipimpin oleh Abrahah, seorang penguasa Yaman, berniat menghancurkan Ka'bah di Mekkah. Pasukan Abrahah ini terkenal karena membawa gajah-gajah besar, yang saat itu dianggap sebagai simbol kekuatan militer tertinggi dan ketangguhan yang tak tertandingi.
Niat Abrahah adalah mengalihkan pusat ibadah dari Mekkah ke gereja megah miliknya di Yaman. Namun, Allah SWT memiliki rencana lain. Ketika pasukan ini tiba di dekat Mekkah, Allah mengirimkan pertolongan yang tidak terduga. Bukan berupa pasukan yang lebih besar, melainkan kawanan burung kecil (Ababil) yang membawa batu-batu dari tanah yang dibakar (Sijjil). Batu-batu kecil tersebut dijatuhkan, menghancurkan pasukan gajah tersebut hingga luluh lantak.
Surat Al Fil Mengingatkan Kita Agar Tidak Bersifat Angkuh
Pesan utama yang dapat kita tarik dari Surat Al Fil adalah peringatan keras agar kita tidak bersifat sombong, angkuh, atau meremehkan kuasa Allah SWT. Pasukan Abrahah memiliki semua keunggulan duniawi: jumlah yang besar, persenjataan canggih (gajah), dan keyakinan penuh pada kekuatan material mereka. Mereka percaya bahwa tidak ada kekuatan yang mampu menghentikan misi mereka.
Namun, kesombongan tersebut menjadi titik lemah mereka. Mereka lupa bahwa segala kekuatan di dunia ini hanyalah pinjaman dan berada di bawah kendali Yang Maha Kuasa. Ayat-ayat Al Fil menegaskan bahwa kesombongan dan kepercayaan buta pada kekuatan diri sendiri adalah jalan menuju kehancuran. Allah SWT mampu membinasakan kekuatan terbesar sekalipun hanya dengan ciptaan-Nya yang paling kecil, yaitu burung-burung dan batu-batu yang panas.
Sifat tidak mau tunduk pada kebenaran dan merasa diri paling benar atau paling kuat adalah bibit dari keangkuhan. Ketika seseorang atau suatu kelompok merasa bahwa kesuksesan mereka murni berasal dari kecerdasan, harta, atau kekuatan fisik mereka semata, mereka mulai melupakan Sang Pemberi nikmat. Inilah sifat yang sangat dibenci dalam Islam, sebagaimana dicontohkan oleh Firaun dan Namrudz di masa lalu.
Pentingnya Tawakkal Sejati
Di sisi lain, kisah ini mengajarkan tentang pentingnya tawakkal sejati. Kaum Quraisy di Mekkah saat itu merasa terancam dan ketakutan, namun pertolongan datang dari arah yang tidak pernah mereka duga. Surat Al Fil mendorong kita untuk selalu berusaha dan berikhtiar sekuat tenaga, namun hasil akhir harus diserahkan sepenuhnya kepada Allah.
Bagi kita yang hidup di masa modern, tantangan kesombongan bisa berbentuk berbeda. Mungkin bukan lagi dalam bentuk pasukan gajah, melainkan kesombongan intelektual, kekayaan yang berlimpah, atau keunggulan teknologi. Ketika kita terlalu bergantung pada pencapaian duniawi kita, kita berisiko jatuh ke dalam jebakan yang sama dengan Abrahah: lupa bahwa di atas segalanya, ada kekuasaan yang mutlak.
Setiap kali kita merasa sangat percaya diri atas pencapaian kita, Surat Al Fil berfungsi sebagai pengingat lembut namun tegas: Kekuatan terbesar di alam semesta berada di tangan Allah. Jangan biarkan kesuksesan duniawi menumbuhkan benih kesombongan dalam hati. Rendah hati di hadapan keagungan-Nya adalah kunci agar kita selalu dilindungi dan ditolong, seperti halnya kaum Quraisy yang diselamatkan dari kehancuran total.
Refleksi Harian
Setiap hari, renungkanlah potensi kehancuran yang timbul dari keangkuhan. Apakah kita meremehkan orang lain? Apakah kita berpikir bahwa masalah kita terlalu besar untuk diatasi oleh Tuhan? Surat Al Fil menjawab keraguan itu dengan tegas. Ia mengingatkan kita bahwa tidak ada kekuatan yang sebanding dengan kekuatan Ilahi. Dengan kerendahan hati dan keimanan yang teguh, kita dapat menghadapi tantangan apa pun, sekecil apa pun pertolongan yang datang.