Kisah Mujizat Surat Al-Fil (Ababil)

Dalam khazanah Islam, terdapat sebuah kisah dramatis dan penuh keajaiban yang diceritakan secara ringkas dalam salah satu surat terpendek di Al-Qur'an, yaitu Surat Al-Fil (Surat Gajah). Kisah ini merujuk pada peristiwa agung di mana Allah SWT melindungi Ka'bah dari kehancuran oleh pasukan besar yang dipimpin oleh seorang raja dari Yaman yang berniat menghancurkan pusat ibadah umat Islam pertama di Makkah. Peristiwa ini begitu monumental sehingga dijadikan nama surat, dan burung-burung yang terlibat dalam perlindungan tersebut dikenal sebagai Ababil.

Ilustrasi Burung Ababil Gambar siluet burung-burung kecil membawa batu kecil yang terbang di atas pasukan gajah. Pasukan Gajah Kekuatan Ilahiyah Mengalahkan Keangkuhan Duniawi

Latar Belakang Kisah Raja Abrahah

Peristiwa ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikenal sebagai 'Amul Fil (Tahun Gajah). Raja Abrahah Al-Asyram, penguasa Yaman dari kerajaan Himyar, merasa cemburu dengan kemuliaan Ka'bah. Ia membangun sebuah gereja besar yang sangat megah di Sana'a, berharap orang Arab akan berziarah ke sana menggantikan Makkah. Ketika usahanya gagal, Abrahah murka dan memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah.

Abrahah memimpin pasukan besar yang dilengkapi dengan gajah-gajah raksasa, yang saat itu merupakan simbol kekuatan militer terhebat. Pasukan ini bergerak menuju Makkah dengan tujuan membumihanguskan kiblat pertama umat manusia tersebut. Ketika berita kedatangan pasukan gajah ini sampai kepada penduduk Makkah, mereka panik dan memutuskan untuk mundur ke pegunungan, karena mereka tidak memiliki kekuatan militer yang sebanding untuk melawan.

Turunnya Surat Al-Fil

Saat pasukan Abrahah mendekati Makkah, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tidak terduga. Pertolongan ini diabadikan dalam Surat Al-Fil (QS. 105: 1-5):

105:1 Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan, bagaimana Tuhanmu telah melakukan terhadap kaum Abrahah?

105:2 Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?

105:3 Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang berbondong-bondong,

105:4 yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang keras (sijjil),

105:5 lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).

Makna Burung Ababil

Kata kunci dalam kisah ini adalah "Ababil" (أَبَابِيلَ). Dalam bahasa Arab, kata ini memiliki beberapa tafsiran makna, namun yang paling kuat dan diterima secara umum adalah berarti "berkelompok-kelompok", "datang beriringan", atau "berselang-seling". Ini menggambarkan bahwa burung-burung tersebut datang bukan dalam satu kawanan padat, melainkan dalam gelombang-gelombang serangan yang teratur dan berkelanjutan.

Burung-burung kecil ini, yang jenisnya diperkirakan adalah sejenis burung layang-layang atau burung kawah, membawa batu-batu kecil yang disebut sijjil (yang berarti tanah yang dibakar atau liat yang mengeras) di paruh dan cakar mereka. Batu-batu ini bukanlah batu biasa; mereka adalah proyektil ilahi yang mampu menembus dan menghancurkan pasukan gajah serta tentara Abrahah hingga menjadi puing-puing tak berbentuk, seolah-olah mereka adalah dedaunan kering yang remuk.

Pelajaran dari Surat Ababil

Kisah tentang burung Ababil ini bukan sekadar dongeng heroik kuno, melainkan pelajaran fundamental tentang kekuasaan mutlak Allah SWT. Beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil meliputi:

  • Kekuatan Bukan Segalanya: Meskipun pasukan Abrahah memiliki gajah sebagai senjata pemusnah massal, kekuatan fisik dan materi tidak berarti apa-apa di hadapan kehendak dan pertolongan Allah.
  • Pertolongan Datang dari Arah yang Tak Terduga: Allah mampu menolong agama-Nya melalui makhluk yang paling kecil dan dianggap remeh—burung. Ini mengajarkan umat Islam untuk tidak pernah meremehkan potensi pertolongan ilahi, sekecil apa pun bentuknya.
  • Kehinaan Kesombongan: Raja Abrahah dihancurkan karena kesombongan dan niatnya merusak kesucian Baitullah. Kisah ini menjadi peringatan bahwa kesombongan terhadap kebenaran akan berakhir dengan kehinaan.

Surat Al-Fil menjadi pengingat abadi bagi umat Nabi Muhammad SAW bahwa Ka'bah dan pusat ibadah mereka telah dijamin perlindungannya oleh Sang Pencipta, bahkan jauh sebelum Islam tersebar luas. Hal ini memperkuat keyakinan bahwa agama Allah pasti akan tegak, meskipun harus melalui perantaraan makhluk terkecil sekalipun.

🏠 Homepage