Ilustrasi persiapan menyambut amalan besar.
Surat Al-Kahfi adalah salah satu surat yang memiliki kedudukan istimewa dalam Al-Qur'an. Keutamaannya sangat besar, terutama jika dibaca pada hari Jumat. Namun, sebelum kita menyelami keindahan dan pelajaran di dalamnya, ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan untuk dilakukan agar keberkahan surat ini dapat kita rasakan secara maksimal. Memahami apa yang harus dilakukan sebelum surat Al-Kahfi dibaca adalah kunci untuk mendapatkan perlindungan dan cahaya yang dijanjikan.
Mayoritas anjuran membaca Surat Al-Kahfi terikat pada hari Jumat. Hari Jumat adalah Sayyidul Ayyam (pemimpin hari-hari) dan memiliki waktu mustajab (mustajab prayer time). Oleh karena itu, persiapan rohani yang baik sebelum membaca surat ini sangat penting. Ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah ritual spiritual yang memerlukan pembersihan diri.
Amalan pertama dan paling mendasar sebelum surat Al-Kahfi adalah memastikan diri dalam keadaan suci. Ini mencakup:
Keberhasilan ibadah sangat bergantung pada niat. Sebelum membaca satu ayat pun, luangkan waktu sejenak untuk merenungkan:
Apa niat saya membaca surat ini?
Niat haruslah semata-mata karena Allah, mengharap perlindungan dari fitnah Dajjal, mencari rahmat, dan mendapatkan cahaya (Nur) di antara dua Jumat. Keikhlasan ini akan membedakan antara membaca sebagai kebiasaan dan membaca sebagai ibadah yang mendalam.
Fitnah duniawi adalah tema sentral dalam Surat Al-Kahfi. Oleh karena itu, sangat krusial untuk menghilangkan gangguan sebelum surat Al-Kahfi dimulai:
Mengawali pembacaan kitab suci dengan pujian kepada Nabi Muhammad SAW adalah adab yang mulia. Disunnahkan untuk membaca shalawat kepada Nabi sebelum memulai pembacaan Al-Qur'an, termasuk Al-Kahfi. Selain itu, melakukan istighfar (memohon ampunan) dapat membersihkan hati dari dosa-dosa kecil yang mungkin menghalangi cahaya ilahi masuk ke dalam jiwa.
Mengapa ini penting sebelum surat Al-Kahfi? Surat ini mengandung kisah-kisah peringatan tentang kesombongan, kekayaan, ilmu yang disalahgunakan, dan pencarian hakikat kebenaran. Dengan membersihkan diri melalui istighfar, kita membuka hati kita untuk menerima pelajaran dari kisah Ashabul Kahfi, pemilik harta, dan dua kebun.
Surat Al-Kahfi bukan sekadar cerita. Ia adalah panduan menghadapi empat fitnah terbesar: fitnah agama (pemuda Ashabul Kahfi), fitnah harta (pemilik kebun), fitnah ilmu (Nabi Musa dan Khidir), dan fitnah kekuasaan (Dzulqarnain). Oleh karena itu, amalan spiritual sebelum surat Al-Kahfi adalah menciptakan kondisi mental untuk merenungkan kelemahan diri kita di hadapan fitnah-fitnah tersebut. Siapkan hati untuk mengakui bahwa segala kekuatan dan harta hanyalah titipan semata.
Dengan melakukan persiapan ini—kesucian fisik dan spiritual, niat yang murni, serta hati yang fokus—maka ketika kita membaca surat yang mulia ini, manfaatnya akan meresap lebih dalam, menjadikan kita hamba yang lebih dekat kepada rahmat dan perlindungan Allah SWT hingga hari Jumat berikutnya.