Dalam mushaf Al-Qur'an, susunan surat-surat bukanlah berdasarkan kronologi turunnya wahyu, melainkan sebuah tatanan yang telah ditetapkan berdasarkan petunjuk dari Rasulullah SAW. Pertanyaan mengenai surat sebelum Al-Lail adalah surat apa sering muncul di kalangan yang sedang mendalami ilmu tadarus atau menghafal Al-Qur'an. Jawaban atas pertanyaan ini sangat jelas dalam susunan mushaf standar yang kita gunakan saat ini.
Posisi Surat Al-Lail dalam Juz Amma
Surat Al-Lail (yang berarti "Malam") adalah surat ke-92 dalam urutan mushaf Al-Qur'an. Surat ini termasuk dalam kelompok surat-surat pendek di juz terakhir, Juz 'Amma. Sebagai surat Makkiyah, Al-Lail membahas tentang perbedaan jalan hidup antara orang yang bersyukur dan orang yang kufur, serta pentingnya berinfak di jalan Allah.
Untuk mengetahui surat sebelum Al-Lail adalah surat yang mana, kita perlu melihat langsung urutan yang ditetapkan. Dalam Al-Qur'an, setiap surat memiliki nomor urutnya masing-masing. Surat yang berada tepat di urutan 91 adalah surat yang mendahului Al-Lail (92).
Jawaban: Surat Adh-Dhuha
Surat yang terletak tepat sebelum surat Al-Lail adalah surat ke-91, yaitu **Surat Adh-Dhuha** (Dhuha). Surat ini merupakan surat Makkiyah yang turun untuk menghibur Nabi Muhammad SAW pada masa-masa sulit ketika wahyu sempat terputus sementara. Nama Adh-Dhuha sendiri berarti "Waktu Duha" atau "Pagi Hari yang Cerah," yang mencerminkan pesan harapan dan kasih sayang Allah SWT.
Surat Adh-Dhuha dimulai dengan sumpah Allah dengan waktu duha dan malam yang menyelimuti. Ini adalah penegasan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan dan membenci Nabi-Nya. Ayat-ayatnya berbunyi, "Demi waktu duha dan malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) murka kepadamu." (QS. Adh-Dhuha: 1-3). Pesan ini sangat kontras namun saling melengkapi dengan tema yang dibawa oleh Surat Al-Lail.
Perbandingan Tema: Adh-Dhuha dan Al-Lail
Meskipun Adh-Dhuha dan Al-Lail berbeda dalam pesan utamanya, keduanya mengajarkan prinsip dasar dalam menjalani kehidupan seorang Muslim. Surat Adh-Dhuha memberikan jaminan rahmat dan rezeki yang akan datang setelah masa kesulitan, menenangkan hati pembacanya. Sementara itu, Surat Al-Lail membawa konsekuensi logis dari ketenangan tersebut: bagaimana kita merespons karunia itu?
Al-Lail menyoroti dua tipe manusia utama: orang yang berinfak dan bertakwa, serta orang yang kikir dan merasa cukup dengan hartanya. Surat ini mengingatkan bahwa jalan menuju keridhaan Allah memerlukan pengorbanan materi dan ketenangan jiwa. Jika Adh-Dhuha berbicara tentang janji kemudahan, Al-Lail berbicara tentang bagaimana kita memanfaatkan kemudahan yang telah dijanjikan itu, termasuk bagaimana kita memperlakukan harta kita.
Pentingnya Mengetahui Urutan Surat
Mengetahui surat sebelum Al-Lail adalah surat Adh-Dhuha hanyalah satu bagian kecil dari keindahan susunan Al-Qur'an. Dalam konteks hafalan (tahfidz), urutan ini sangat krusial. Para penghafal harus memastikan bahwa mereka tidak tertukar saat melanjutkan bacaan dari satu surat ke surat berikutnya, terutama ketika melompat antar juz atau ketika membaca secara tartil.
Urutan mushaf ini (disebut juga tartib mushafi) berbeda dengan urutan pewahyuan (tartib nuzuli). Misalnya, Surat Al-'Alaq turun pertama kali, namun posisinya di akhir juz ke-30. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan ilahi dalam menata Al-Qur'an agar setiap pembaca dapat mengambil pelajaran dari transisi makna antar surat secara berurutan dalam mushaf. Surat Adh-Dhuha, dengan nadanya yang menenangkan, memberikan jeda yang pas sebelum kita memasuki pembahasan intens tentang pilihan moral dan akibat perbuatannya dalam Surat Al-Lail.
Kesimpulan
Secara ringkas, jika Anda mencari surat yang berada tepat sebelum surat Al-Lail adalah surat Adh-Dhuha (Surat ke-91). Kedua surat ini, meski berbeda fokusnya, sama-sama merupakan penuntun berharga bagi seorang mukmin dalam menghadapi pasang surut kehidupan, mengingatkan kita akan kasih sayang Allah dan tanggung jawab kita untuk bersyukur atas nikmat-Nya.