Al-Qur'anul Karim adalah kitab suci umat Islam yang tersusun dalam 114 surat. Setiap surat memiliki posisi dan urutan yang telah ditetapkan sejak masa Rasulullah SAW, dan urutan ini diyakini sebagai taufiq dari Allah SWT melalui bimbingan wahyu. Salah satu surat pendek yang memiliki kisah dramatis dan makna mendalam adalah Surat Al-Fiil (Gajah). Memahami urutan surat Al-Fiil tidak hanya penting dari sisi kronologi mushaf, tetapi juga sebagai pengingat atas kuasa Allah yang Maha Perkasa.
Surat Al-Fiil, yang berarti "Gajah," menempati posisi spesifik di antara surat-surat pendek lainnya dalam Al-Qur'an. Surat ini adalah surat ke-105 dalam susunan mushaf standar yang kita gunakan saat ini. Surat ini mendahului Surat Quraisy, dan merupakan penutup dari juz ke-30 (Juz 'Amma). Meskipun tergolong surat Makkiyah—yakni surat yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah—penempatannya dalam susunan mushaf modern bersifat tauqifi (berdasarkan ketetapan ilahi yang diterima oleh Nabi).
Urutan ini sangat teratur. Surat Al-Fiil berdekatan dengan Surat Quraisy karena keduanya memiliki kaitan tema yang erat. Surat Al-Fiil menceritakan tentang kegagalan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah. Kemudian, Surat Quraisy melanjutkan dengan menyebutkan bagaimana kaum Quraisy merasa aman dan terlindungi karena peristiwa dahsyat tersebut, yang menjadi nikmat bagi mereka untuk tetap teguh dalam peribadatan mereka kepada Allah SWT.
Visualisasi urutan Surat Al-Fiil (105) diapit oleh surat-surat sekitarnya.
Untuk memberikan kejelasan mutlak mengenai urutan surat Al-Fiil, berikut adalah penempatan surat tersebut secara berurutan dalam teks Al-Qur'an:
Keteraturan ini menunjukkan betapa telitinya proses pembukuan Al-Qur'an. Walaupun turunnya surat-surat tersebut terjadi secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun, susunan akhir yang kita baca hari ini adalah ketetapan yang diajarkan langsung oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dan kemudian dihafal serta ditulis oleh para sahabat di bawah pengawasan ketat.
Hubungan tematik antara Al-Fiil dan Quraisy adalah salah satu keindahan susunan Al-Qur'an. Surat Al-Fiil mengisahkan kegagalan upaya penghancuran Ka'bah oleh tentara Abrahah. Pertanyaan logis yang muncul setelah mendengar kisah ini adalah: Siapa yang dilindungi Allah ketika Ka'bah terancam? Jawabannya ada pada Surat Quraisy.
Surat Quraisy (106) dimulai dengan kalimat: "Karena kebiasaan orang-orang Quraisy," yang langsung menyambung peristiwa sebelumnya. Allah mengingatkan kaum Quraisy bahwa mereka aman dan hidup makmur (terlindung dari ancaman luar seperti Abrahah) karena Ka'bah berada di tengah-tengah mereka. Keamanan ini adalah karunia yang harus mereka syukuri dengan cara beribadah (berfirman dalam kelanjutan surat tersebut).
Jadi, urutan surat Al-Fiil diikuti langsung oleh Surat Quraisy bukan sekadar kebetulan angka, melainkan sebuah narasi yang utuh, memberikan sebab-akibat serta penegasan nikmat Ilahi dalam satu kesatuan juz.
Bagi penghafal Al-Qur'an, mengetahui urutan sangat krusial. Urutan yang pasti memastikan bahwa ketika seseorang membaca Surat Al-Fiil, ia secara otomatis teringat akan kisah dramatis tentang burung ababil yang menghancurkan pasukan gajah. Selanjutnya, ia akan langsung melanjutkan pemikiran kepada kaum Quraisy dan nikmat keamanan yang Allah berikan kepada mereka.
Surat Al-Fiil hanya terdiri dari lima ayat pendek, tetapi padat makna. Ayat-ayat tersebut adalah: 1) Tidakkah Engkau perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?, 2) Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia?, 3) Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berkelompok-kelompok, 4) Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang keras, 5) Maka Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Dengan demikian, memahami penempatan Surat Al-Fiil pada posisi ke-105 memberikan dimensi baru dalam apresiasi kita terhadap struktur Al-Qur'an. Ini adalah bukti nyata keteraturan ilahi yang menuntun pembaca dari satu pelajaran penting ke pelajaran berikutnya tanpa jeda yang mengganggu alur makna. Urutan ini dijaga dengan ketat oleh para ulama sepanjang sejarah, memastikan kemurnian teks hingga hari ini.