Memahami Kekuatan Ilahi: Terjemahan Surat Al-Fil Ayat 5

Surat Al-Fil dan Konteks Sejarahnya

Surat Al-Fil (Gajah) adalah surat ke-105 dalam Al-Qur'an, sebuah surat pendek namun padat makna yang menceritakan kisah ajaib tentang kegagalan pasukan besar Raja Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah di Mekkah. Peristiwa ini terjadi sesaat sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, menjadikannya mukjizat pendahuluan yang menunjukkan perlindungan Allah SWT atas rumah-Nya.

Ayat-ayat dalam surat ini menggambarkan secara rinci bagaimana Allah mengirimkan bantuan tak terduga—burung-burung kecil yang membawa batu-batu panas—untuk membinasakan pasukan yang sombong dan dilengkapi dengan gajah perang. Pemahaman terhadap setiap ayat, termasuk ayat kelima, memperkaya pelajaran yang dapat kita ambil tentang kebesaran dan kuasa Tuhan yang mampu meruntuhkan kesombongan dengan cara yang paling sederhana.

Tulislah Terjemah Surat Al Fil Ayat Ke 5

فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ

Terjemahan Resmi Kemenag (Indonesia):

Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (hama).

Makna Lebih Mendalam:

Ayat kelima ini adalah puncak dari kisah pembinasaan tersebut. Kata kunci di sini adalah "ka'ashfin ma'kul" (كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ), yang secara harfiah berarti seperti sekam atau daun-daun yang telah dimakan atau dikunyah oleh hama.

Perbandingan ini sangat kuat. Setelah dihujani batu panas oleh burung-burung Ababil, pasukan gajah dan tentaranya tidak hanya dikalahkan, tetapi tubuh mereka hancur lebur, menjadi seperti serpihan daun kering yang sudah habis dilahap dan tidak menyisakan apa pun kecuali sisa-sisa yang tak berarti. Kehancuran total ini menekankan betapa mudahnya Allah menghancurkan kekuatan terbesar di bumi ketika mereka berani menantang kehendak-Nya.

Ilustrasi Penghancuran Pasukan Gajah SVG menunjukkan siluet pasukan gajah yang sedang dihancurkan oleh hujan batu kecil dari atas, diwakili oleh burung-burung kecil.

Pelajaran Kekuatan Versus Kehampaan

Ayat kelima ini berfungsi sebagai penutup dramatis dari sebuah narasi ketuhanan. Jika empat ayat sebelumnya membangun ketegangan—dengan menyebutkan gajah, rencana jahat, pengiriman burung, dan batu-batu pembakar—maka ayat kelima menyajikan hasil akhirnya: kehancuran total dan totalitas.

Hal ini mengajarkan bahwa kekuatan materi, meskipun sebesar pasukan gajah yang dipimpin oleh seorang raja ambisius, tidak ada artinya di hadapan kekuatan Allah yang Maha Kuasa. Gajah dan pasukan Abrahah yang tampak tak terhentikan, yang diharapkan mampu menghancurkan simbol monoteisme tertua di dunia, berakhir lebih buruk daripada sampah yang terbuang. Mereka menjadi "daun yang dimakan," yang berarti tidak ada sisa, tidak ada peringatan, hanya kekosongan.

Pelajaran ini relevan sepanjang masa. Ia mengingatkan umat Islam bahwa ancaman, intimidasi, atau kekuatan militer terbesar sekalipun tidak akan mampu menumbangkan kebenaran jika Allah SWT telah berkehendak untuk melindungi apa yang menjadi milik-Nya. Kisah ini bukan hanya tentang peristiwa masa lalu, tetapi juga janji ilahi bahwa kesombongan yang menargetkan kebaikan akan selalu berakhir dengan kehancuran yang memalukan.

Implikasi Teologis Ayat 5

Dalam perspektif teologi Islam, Surat Al-Fil, dan khususnya ayat terakhir ini, adalah demonstrasi nyata dari sifat Al-Qadir (Yang Maha Kuasa) dan Al-Hafiz (Yang Maha Menjaga). Ayat ini mematahkan anggapan bahwa perlindungan hanya datang melalui kekuatan yang setara atau lebih besar. Sebaliknya, Allah menggunakan makhluk terkecil—burung Ababil—untuk melaksanakan kehendak-Nya.

Ketika kita merenungkan terjemahan "Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan," kita diingatkan akan kefanaan duniawi. Kekuatan, kekayaan, dan kesombongan yang dibangun manusia akan menguap jika tidak disertai kerendahan hati dan pengakuan atas otoritas ilahi. Akhir yang menyedihkan dari pasukan Abrahah adalah cermin bagi setiap bentuk kesombongan yang muncul di sepanjang sejarah untuk melawan kehendak Allah.

Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap terjemah surat Al Fil ayat ke 5 adalah penguatan iman akan janji Allah bahwa pertolongan-Nya pasti datang, bahkan melalui cara yang paling tidak terduga, untuk membinasakan lawan-lawan kebenaran dan menjaga kesucian ajaran-Nya.

🏠 Homepage