Surat Al-Fil (Gajah) adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang menceritakan peristiwa luar biasa mengenai upaya penghancuran Ka'bah oleh pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah. Ayat kedua dari surat ini memainkan peran kunci dalam membangun narasi sejarah penting ini.
Untuk memahami terjemahan secara mendalam, penting untuk melihat teks aslinya:
Transliterasi standar ayat ini adalah: 'Alam yaj'al kaydahum fī taḍlīl?
Terjemahan dari ayat kedua ini adalah sebagai berikut:
Ayat ini merupakan pertanyaan retoris yang sangat kuat. Allah SWT menanyakan, apakah rencana besar yang telah disusun oleh Abrahah untuk menghancurkan Baitullah (Ka'bah) tidak berakhir dengan kegagalan total?
Mari kita bedah kata per kata untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kaya:
Jadi, terjemahan surat Al-Fil ayat kedua menegaskan bahwa upaya destruktif mereka diarahkan pada kegagalan oleh campur tangan Ilahi sebelum mereka sempat mencapai tujuannya.
Ayat pertama Surat Al-Fil membuka kisah dengan pertanyaan retoris tentang bagaimana Tuhan memperlakukan Ashab al-Fil (Pasukan Gajah). Ayat kedua langsung memberikan jawabannya, mengarahkan fokus pada nasib rencana mereka.
Abrahah, gubernur Yaman saat itu, cemburu terhadap kemuliaan Ka'bah di Mekkah. Ia membangun gereja megah di Shan'a dan ingin mengalihkan ibadah haji orang Arab ke sana. Ketika usahanya gagal menarik jamaah, ia memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah agar pusat ibadah pindah ke wilayah kekuasaannya. Ia mengerahkan pasukan besar, termasuk gajah-gajah besar yang belum pernah dilihat bangsa Arab sebelumnya.
Ayat kedua ini menjadi jembatan menuju ayat berikutnya (Ayat 3) yang menjelaskan cara Allah membatalkan tipu daya tersebut: pengiriman burung-burung Ababil yang membawa batu-batu pijar. Rencana militer yang canggih (kaydahum) dipatahkan oleh kekuatan alam yang dikendalikan oleh kehendak Tuhan (fī taḍlīl).
Merenungkan terjemahan surat Al-Fil ayat kedua memberikan beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:
Kesimpulannya, ayat kedua Surat Al-Fil adalah penegasan ilahi bahwa setiap makar yang ditujukan untuk merusak kehormatan agama atau orang-orang beriman akan dibatalkan dan dibiarkan tersesat dalam kegagalannya sendiri, sebagaimana yang dialami oleh pasukan bergajah yang hendak menghancurkan rumah suci pertama umat manusia.