Ilustrasi Gajah dan Burung Siluet gajah yang dikelilingi oleh kawanan burung kecil membawa batu-batu kecil.

Memahami Terjemahan Surat Al-Fil Ayat Kedua

Surat Al-Fil (Gajah) adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang menceritakan peristiwa luar biasa mengenai upaya penghancuran Ka'bah oleh pasukan bergajah di bawah pimpinan Abrahah. Ayat kedua dari surat ini memainkan peran kunci dalam membangun narasi sejarah penting ini.

Teks Arab dan Transliterasi Ayat Kedua

Untuk memahami terjemahan secara mendalam, penting untuk melihat teks aslinya:

أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ

Transliterasi standar ayat ini adalah: 'Alam yaj'al kaydahum fī taḍlīl?

Fokus Utama: Terjemahan Surat Al-Fil Ayat Kedua

Terjemahan dari ayat kedua ini adalah sebagai berikut:

"Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya (rencana jahat) mereka dalam kesesatan (sia-sia)?"

Ayat ini merupakan pertanyaan retoris yang sangat kuat. Allah SWT menanyakan, apakah rencana besar yang telah disusun oleh Abrahah untuk menghancurkan Baitullah (Ka'bah) tidak berakhir dengan kegagalan total?

Analisis Mendalam Terjemahan

Mari kita bedah kata per kata untuk mendapatkan pemahaman yang lebih kaya:

  1. أَلَمْ (Alam): Ini adalah partikel pertanyaan negatif yang bermakna "Bukankah...?" atau "Tidakkah...?" Dalam konteks ini, tujuannya adalah menegaskan sesuatu yang pasti telah terjadi.
  2. يَجْعَلْ (Yaj'al): Berarti "Dia menjadikan" atau "Dia menempatkan." Kata kerja ini merujuk pada tindakan Allah SWT.
  3. كَيْدَهُمْ (Kaydahum): Merupakan gabungan dari 'Kayd' (tipu daya, rencana jahat, makar) dan 'Hum' (mereka). Ini merujuk pada seluruh strategi militer dan persiapan yang dilakukan oleh Abrahah dan pasukannya, termasuk penggunaan gajah sebagai senjata pemusnah.
  4. فِي تَضْلِيلٍ (Fī Taḍlīl): 'Fī' berarti 'di dalam', dan 'Taḍlīl' berarti kesesatan, pembelokan, atau kegagalan total. Menempatkan tipu daya mereka 'dalam kesesatan' berarti rencana tersebut tidak hanya gagal mencapai tujuannya, tetapi juga berbalik merugikan para pelakunya sendiri.

Jadi, terjemahan surat Al-Fil ayat kedua menegaskan bahwa upaya destruktif mereka diarahkan pada kegagalan oleh campur tangan Ilahi sebelum mereka sempat mencapai tujuannya.

Konteks Ayat dalam Kisah Penghancuran Pasukan Gajah

Ayat pertama Surat Al-Fil membuka kisah dengan pertanyaan retoris tentang bagaimana Tuhan memperlakukan Ashab al-Fil (Pasukan Gajah). Ayat kedua langsung memberikan jawabannya, mengarahkan fokus pada nasib rencana mereka.

Abrahah, gubernur Yaman saat itu, cemburu terhadap kemuliaan Ka'bah di Mekkah. Ia membangun gereja megah di Shan'a dan ingin mengalihkan ibadah haji orang Arab ke sana. Ketika usahanya gagal menarik jamaah, ia memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah agar pusat ibadah pindah ke wilayah kekuasaannya. Ia mengerahkan pasukan besar, termasuk gajah-gajah besar yang belum pernah dilihat bangsa Arab sebelumnya.

Ayat kedua ini menjadi jembatan menuju ayat berikutnya (Ayat 3) yang menjelaskan cara Allah membatalkan tipu daya tersebut: pengiriman burung-burung Ababil yang membawa batu-batu pijar. Rencana militer yang canggih (kaydahum) dipatahkan oleh kekuatan alam yang dikendalikan oleh kehendak Tuhan (fī taḍlīl).

Pelajaran Spiritual dari Ayat Kedua

Merenungkan terjemahan surat Al-Fil ayat kedua memberikan beberapa pelajaran penting bagi umat Islam:

  1. Kekuasaan Mutlak Allah: Kisah ini menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan duniawi, sehebat apapun persenjataannya, yang dapat melawan kehendak Allah jika Dia berkehendak melindungi sesuatu atau seseorang.
  2. Kesombongan dan Hasilnya: Mereka yang sombong dan berencana jahat terhadap kebenaran akan mendapati rencana mereka kembali kepada mereka sendiri dalam bentuk kehancuran.
  3. Pentingnya Tawakkul: Bagi orang yang beriman, ayat ini menjadi pengingat untuk selalu bersandar kepada Allah, karena Dia adalah sebaik-baik pemelihara tipu daya musuh.

Kesimpulannya, ayat kedua Surat Al-Fil adalah penegasan ilahi bahwa setiap makar yang ditujukan untuk merusak kehormatan agama atau orang-orang beriman akan dibatalkan dan dibiarkan tersesat dalam kegagalannya sendiri, sebagaimana yang dialami oleh pasukan bergajah yang hendak menghancurkan rumah suci pertama umat manusia.

🏠 Homepage