Memahami Ayat Keempat Surah Al-Qadr

Ilustrasi Kemuliaan Malam Representasi visual dari malam yang dipenuhi cahaya dan malaikat turun ke bumi. Roh & Malaikat

Teks Arab dan Transliterasi Ayat 4

Surah Al-Qadr (Kekuatan) adalah salah satu surah pendek namun memiliki kedalaman makna yang luar biasa, khususnya karena ia menjelaskan tentang keagungan malam Lailatul Qadr. Ayat keempat dari surah ini memberikan penekanan khusus mengenai kehadiran entitas suci pada malam tersebut.

Ayat Keempat (Al-Qadr: 4)

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

Transliterasi: Tanaazzalul malaa'ikatu war-ruhu fiihaa bi’idzni Rabbihim min kulli amr.

Terjemahan Ayat Ke 4 Surah Al-Qadr Adalah

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhan mereka, membawa segala urusan."

Penjelasan Mendalam Mengenai Ayat

Ayat keempat ini adalah inti penjelasan tentang mengapa Lailatul Qadr begitu istimewa. Jika ayat sebelumnya berbicara tentang keutamaan waktu itu sendiri ('lebih baik dari seribu bulan'), maka ayat ini menjelaskan siapa yang mengisi malam mulia tersebut.

1. Turunnya Para Malaikat (تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ)

Kata Tanaazzalu (تَنَزَّلُ) menunjukkan proses penurunan yang berkelanjutan atau berulang-ulang. Ini mengindikasikan bahwa bukan hanya satu atau dua malaikat yang turun, melainkan rombongan besar malaikat yang turun secara berturut-turut sepanjang malam tersebut. Mereka datang membawa rahmat, keberkahan, dan kedamaian, memenuhi seluruh penjuru bumi.

Kehadiran para malaikat dalam jumlah massif ini menjadi simbol langsung dari limpahan rahmat ilahi. Mereka menyaksikan ibadah umat Islam yang sedang menghidupkan malam tersebut, dan mereka ikut berdoa serta memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beribadah.

2. Turunnya Ruh (وَالرُّوحُ)

Kata Ar-Ruh (الرُّوحُ) di sini mayoritas ulama tafsir menafsirkannya sebagai Malaikat Jibril 'Alaihissalam. Jibril adalah ruhul amin, pembawa wahyu utama. Kehadiran Jibril secara khusus pada malam tersebut menegaskan status tertinggi malam itu sebagai malam penurunan Al-Qur’an. Ia hadir bersama para malaikat lainnya untuk memimpin dan mengawasi jalannya keberkahan.

Beberapa penafsiran lain menyebutkan bahwa "Ruh" merujuk pada makhluk yang lebih agung daripada malaikat biasa, atau bahkan merujuk pada ruh para syuhada, namun interpretasi Jibril adalah yang paling kuat dan diterima secara luas dalam konteks turunnya Al-Qur'an.

3. Dengan Izin Tuhan Mereka (بِإِذْنِ رَبِّهِمْ)

Frasa ini memberikan penekanan penting: semua yang terjadi di malam Lailatul Qadr—turunnya malaikat, turunnya rahmat—dilakukan sepenuhnya atas izin dan perintah Allah SWT. Hal ini menghilangkan keraguan bahwa ada kekuatan lain yang bekerja di luar kendali Ilahi. Malam itu adalah manifestasi sempurna dari kehendak Allah.

4. Membawa Segala Urusan (مِنْ كُلِّ أَمْرٍ)

Ini adalah bagian yang sangat menentukan. Kata 'Amr (أَمْرٍ) yang berarti 'urusan' atau 'ketetapan' merujuk pada penetapan takdir tahunan (disebut juga Qadar). Pada malam Lailatul Qadr, Allah SWT menetapkan dan memutuskan segala urusan makhluk-Nya untuk satu tahun ke depan, seperti rezeki, kematian, kemudahan, dan kesulitan. Para malaikat, dipimpin Jibril, bertugas membawa dan melaksanakan catatan ketetapan ilahi tersebut ke bumi. Inilah mengapa malam ini disebut Malam Ketetapan.

Oleh karena itu, terjemahan ayat ke 4 surah al qadr adalah sebuah penegasan bahwa Lailatul Qadr adalah malam di mana terjadi interaksi langsung antara langit dan bumi melalui utusan-utusan terbaik Allah, membawa ketetapan ilahi yang akan berlaku sepanjang tahun.

Mengapa Penting Menghidupkan Malam Ini?

Memahami ayat ini seharusnya memotivasi setiap Muslim untuk mencari dan mengoptimalkan malam Lailatul Qadr. Jika kita tahu bahwa malaikat dan Jibril turun membawa keberkahan dan ketetapan, maka waktu yang tepat untuk beribadah, memohon ampunan, dan memohon kebaikan adalah pada saat 'kunjungan agung' tersebut.

Malaikat tidak turun ke tempat yang dipenuhi maksiat atau kelalaian. Mereka turun ke tempat di mana ada ketaatan, doa, dan dzikir. Kehadiran mereka adalah saksi bisu atas usaha kita mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Malam ini bukan sekadar malam biasa; ia adalah momentum tahunan di mana pintu rahmat terbuka lebar, dan semua urusan penting diserahkan dari langit kepada bumi.

Memperbanyak doa pada malam ini sangat dianjurkan, mengingat kedekatan antara Allah dan hamba-Nya pada waktu tersebut. Dengan memahami makna ayat ini secara utuh, kita dapat mengisi sisa sepuluh hari terakhir Ramadhan dengan kekhusyukan yang lebih tinggi, berharap termasuk dalam golongan yang mendapat limpahan barakah dari turunya para malaikat dan ruh.

🏠 Homepage