Surah Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan," adalah surah pertama dalam urutan mushaf Al-Qur'an dan disebut juga Ummul Kitab (Induk Al-Kitab) atau As-Sab'ul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang). Ayat pertama dari surah yang mulia ini adalah Basmalah, sebuah frasa yang mengandung makna spiritual dan teologis yang sangat mendalam.
Ayat ini—Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm—adalah kunci pembuka setiap amal shaleh seorang Muslim. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai statusnya sebagai bagian dari Surah Al-Fatihah (apakah ia termasuk ayat pertama atau ayat pembuka yang terpisah), konsensus umum adalah bahwa membaca Basmalah sebelum membaca Al-Fatihah (atau surat lainnya) adalah sunnah yang sangat ditekankan, bahkan wajib menurut sebagian mazhab, sebagai penanda dimulainya segala sesuatu dengan nama Allah.
Frasa ini mengandung pengakuan akan keesaan Allah dan penyerahan diri sepenuhnya. Ketika seorang Muslim mengucapkan "Bismillāh," ia menyatakan bahwa tindakannya tidak dilakukan atas kekuatan dirinya sendiri, melainkan dengan izin, pertolongan, dan keberkahan dari Sang Pencipta. Ini adalah bentuk tauhid praktis; mengakui bahwa segala daya dan upaya berawal dari sumber daya ilahi yang tak terbatas.
Ar-Raḥmān adalah salah satu dari 99 Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang Terbaik). Sifat ini menunjukkan kasih sayang Allah yang meluas kepada seluruh makhluk-Nya di dunia ini, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Rahmat-Nya mencakup pemberian rezeki, kesehatan, udara untuk bernapas, dan semua nikmat yang dinikmati manusia tanpa memandang amal perbuatannya.
Sementara Ar-Raḥmān bersifat umum (rahmat di dunia), Ar-Raḥīm secara khusus merujuk pada kasih sayang Allah yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, terutama di akhirat. Rahmat ini berupa ampunan, bimbingan, pahala surga, dan karunia yang kekal. Penggunaan kedua sifat ini secara berurutan menekankan keluasan dan kekhususan kasih sayang Allah.
Ayat pembuka ini berfungsi sebagai fondasi mental dan spiritual. Sebelum meminta petunjuk dalam ayat-ayat selanjutnya ("Ihdināṣ-Ṣirāṭal-Mustaqīm"), seorang Muslim diperintahkan untuk mengingat bahwa sumber segala petunjuk dan pertolongan adalah Zat yang memiliki sifat kasih sayang yang sempurna. Ini menanamkan rasa harap (raja') dan rasa takut (khauf) secara seimbang.
Setiap kali Basmalah diucapkan, seorang Muslim diingatkan untuk menjauhi segala perbuatan buruk, karena bagaimana mungkin seseorang memulai suatu perbuatan dengan menyebut nama Dzat yang Maha Pengasih namun kemudian melakukan kezaliman atau kemaksiatan? Basmalah adalah janji komitmen untuk berbuat baik sesuai dengan kehendak Ilahi.
Oleh karena itu, tafsir mendalam dari Surah Al-Fatihah ayat pertama mengajarkan kita untuk memulai setiap lembaran kehidupan, setiap pekerjaan, dan setiap ibadah dengan kesadaran penuh bahwa kita bergantung sepenuhnya pada rahmat dan kasih sayang Allah SWT.
Dalam shalat, Basmalah menjadi jembatan antara niat seorang hamba dengan pelaksanaannya. Jika seseorang memulai shalat tanpa Basmalah, ia memulai ibadah terbesarnya tanpa menyebut nama Sumber Kekuatan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ayat ini sebagai fondasi ritual.
Para ulama menekankan bahwa Basmalah bukanlah sekadar ucapan pembuka, melainkan afirmasi teologis yang membentuk cara pandang seorang mukmin terhadap seluruh kosmos. Segala sesuatu yang dilakukan atas nama Allah akan terhindar dari kesia-siaan dan mendapatkan berkah.