Surat Al-Kahfi merupakan salah satu surat yang kaya akan pelajaran moral dan spiritual dalam Al-Qur'an. Ayat 65 hingga 82 secara spesifik menceritakan pertemuan penting antara Nabi Musa AS dengan seorang hamba Allah yang saleh, yang seringkali disebut sebagai Khidir (seorang yang berilmu). Kisah ini adalah fondasi tentang pentingnya kesabaran, kerendahan hati, dan menerima bahwa ilmu Allah jauh melampaui pemahaman manusia biasa.
Ayat-ayat ini membuka dengan Musa yang bertekad mencari pengetahuan lebih dari sekadar wahyu kenabian yang ia terima. Ia ingin belajar langsung dari sumber ilmu yang lebih mendalam. Permintaan Musa kepada Allah menunjukkan semangat pencarian kebenaran yang tinggi, namun juga membuka pintu pelajaran tentang batasan ilmu manusia.
Pesan awal dari Khidir adalah peringatan keras kepada Musa: “Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu bersabar bersamaku.” (QS. Al-Kahfi: 67). Ini menekankan bahwa ilmu yang dimiliki Khidir bersumber dari hikmah ilahi yang memerlukan tingkatan kesabaran spiritual yang belum dimiliki Musa saat itu.
Kisah ini disajikan dalam tiga peristiwa utama yang menguji kesabaran Musa:
Tindakan pertama Khidir melukai Musa. Mengapa merusak rezeki orang miskin? Khidir menjelaskan bahwa kerusakan itu adalah perlindungan agar kapal tersebut tidak dirampas oleh raja zalim. Di sini, terlihat bahwa tindakan yang tampak buruk di mata manusia bisa jadi merupakan kebaikan tersembunyi atas izin Allah.
Ini adalah ujian terberat. Musa bereaksi keras karena pembunuhan itu jelas-jelas melanggar hukum moral yang ia pahami. Khidir menjawab bahwa anak ini kelak akan menjadi penyebab kesesatan bagi kedua orang tuanya yang beriman, dan Allah menggantinya dengan anak lain yang lebih baik dalam ketakwaan dan kasih sayang. Ini mengajarkan bahwa Allah melihat konsekuensi akhir (akhirat) dari suatu peristiwa, bukan sekadar dampak sesaat (dunia).
Peristiwa terakhir adalah ketika Khidir memperbaiki dinding yang hampir roboh di sebuah desa yang kikir. Penduduk desa menolak memberi mereka makan. Khidir memperbaiki dinding itu tanpa meminta upah.
Di sini, kebaikan tersembunyi itu adalah menjaga harta warisan bagi anak yatim dari orang saleh. Ini menunjukkan betapa Allah menjaga keturunan hamba-Nya yang saleh, bahkan setelah mereka tiada.
Kisah Musa dan Khidir dalam Al-Kahfi ayat 65-82 memberikan beberapa pelajaran fundamental:
Penutup dari episode ini adalah ketika Khidir berpisah dengan Musa, menegaskan bahwa setiap peristiwa memiliki makna tersembunyi yang hanya dapat dipahami melalui lensa rahmat dan kebijaksanaan Ilahi. Ayat-ayat ini adalah pengingat abadi untuk selalu bersabar dan percaya pada pengaturan terbaik dari Allah SWT.