Memahami Tafsir Jalalain Surat Al-Kahfi

Ilustrasi Gua dan Kitab Suci كهف Al-Kahfi

Pengantar Tafsir Jalalain

Surat Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, dikenal sebagai salah satu surat yang sarat dengan pelajaran moral dan akidah. Untuk memahami kedalaman maknanya, banyak ulama merujuk pada karya-karya tafsir klasik. Salah satu yang paling ringkas, padat, dan banyak dijadikan rujukan adalah Tafsir Jalalain.

Tafsir Jalalain disusun oleh dua ulama besar bernama Jalaluddin Al-Mahalli dan putranya, Jalaluddin As-Suyuthi. Keistimewaan tafsir ini terletak pada gayanya yang ringkas (mujmal), fokus pada makna tekstual ayat (al-ma’tsur), dan kemudahannya untuk dipahami oleh mereka yang telah menguasai dasar-dasar bahasa Arab. Ketika diterapkan pada Surat Al-Kahfi, tafsir ini membantu pembaca menangkap esensi cerita dan hikmah yang terkandung di dalamnya tanpa perlu membaca ulasan yang terlalu panjang dan bertele-tele.

Kisah Ashabul Kahfi dalam Sorotan Jalalain

Inti dari Surat Al-Kahfi adalah kisah Ashabul Kahfi (Para Pemilik Gua), yang merupakan ujian keimanan pertama. Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa pemuda-pemuda beriman ini melarikan diri dari kekejaman raja penyembah berhala.

Menurut Jalalain, kisah ini bukan sekadar narasi masa lalu, melainkan peringatan tegas mengenai bahaya kompromi akidah dan pentingnya menjaga tauhid (keesaan Allah) di tengah tekanan lingkungan. Ringkasan tafsir menyoroti bahwa tidur panjang mereka adalah mukjizat, bukan sihir atau campur tangan lain.

Penekanan Jalalain terletak pada makna tersembunyi: bahwa pertolongan Allah datang dalam bentuk yang tidak terduga, bahkan melalui tidur yang merupakan bentuk kefanaan sementara, untuk menyelamatkan keyakinan sekelompok kecil manusia.

Pelajaran dari Dua Kebun dan Dua Tokoh Lain

Setelah kisah Ashabul Kahfi, Jalalain memandu pembaca melalui perumpamaan mengenai dua pemilik kebun. Perumpamaan ini secara eksplisit dikaitkan dengan sifat kesombongan materialistik dan kelalaian terhadap hari akhir. Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa pemilik kebun yang kafir itu terlalu percaya pada harta dunianya (kekal) dan meremehkan kebangkitan.

Ayat-ayat yang membahas hal ini diinterpretasikan oleh Jalalain sebagai pelajaran bahwa kekayaan hanyalah titipan fana. Jika seseorang menyandarkan kebahagiaannya pada aset duniawi, ia akan hancur ketika aset tersebut hilang, sebagaimana kebun tersebut musnah akibat bencana alam.

Selanjutnya, surat ini membahas kisah Nabi Musa AS dengan Khidir AS. Dalam konteks Tafsir Jalalain, interaksi ini adalah demonstrasi nyata bahwa ilmu manusia sangat terbatas dibandingkan ilmu Allah SWT. Nabi Musa, seorang nabi besar, harus menerima bimbingan dari seorang hamba saleh yang diberikan ilmu ladunni (ilmu langsung dari Allah). Hal ini mengajarkan kerendahan hati intelektual.

Tantangan Dajjal dan Hikmah Akhir Surat

Bagian akhir Surat Al-Kahfi membahas tentang kisah Dajjal (Al-Masih Ad-Dajjal). Tafsir Jalalain merangkum bahwa kisah ini berfungsi sebagai antisipasi dan persiapan spiritual bagi umat Islam menghadapi fitnah terbesar menjelang kiamat.

Jalalain menekankan bahwa ujian Dajjal adalah ujian yang menggabungkan tipu daya materi (kemewahan) dan tipu daya spiritual (pengakuan ketuhanan palsu). Membaca dan memahami ayat-ayat ini dalam kerangka Jalalain memperkuat fondasi akidah terhadap keesaan Allah, karena akidah yang kokoh adalah perisai utama menghadapi kesesatan.

Secara keseluruhan, Tafsir Jalalain Surat Al-Kahfi menyajikan pemahaman yang cepat namun mendalam. Surat ini mengajarkan empat cobaan utama: agama (Ashabul Kahfi), harta (Dua Kebun), ilmu (Musa dan Khidir), dan fitnah akhir zaman (Dajjal). Dengan ringkasan yang padat, para mufassir Jalalain memastikan bahwa pesan inti dari surat pelindung ini tetap utuh dan mudah dicerna oleh pembaca modern.

🏠 Homepage