Ilustrasi Malam yang Penuh Berkah
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan).
Dan tahukah kamu apakah Malam Lailatul Qadar itu?
Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Teks Arab: إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi memulai tafsirnya dengan menegaskan bahwa subjek "Kami" merujuk kepada Allah SWT. Penurunan yang dimaksud di sini adalah penurunan Al-Qur'an secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia (Baitul Izzah).
Sementara itu, penurunan Al-Qur'an secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW terjadi selama 23 tahun. Ayat ini mengacu pada momen monumental di mana keseluruhan risalah ilahi mulai diturunkan, menandai permulaan kenabian.
Teks Arab: وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
Pertanyaan retoris ini digunakan untuk menarik perhatian pembaca dan menunjukkan betapa agungnya peristiwa yang akan dijelaskan selanjutnya. Dalam konteks tafsir Jalalain, ini adalah cara Allah meninggikan kedudukan Malam Al-Qadr, membuatnya menjadi sesuatu yang memerlukan penjelasan khusus karena keutamaannya yang luar biasa.
Teks Arab: لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Ini adalah inti dari kemuliaan malam tersebut. Seribu bulan secara kasar setara dengan 83 tahun lebih. Dalam tafsir klasik, kemuliaan ini sering diinterpretasikan bahwa amal ibadah yang dilakukan pada malam ini (salat, zikir, membaca Al-Qur'an) lebih baik pahalanya daripada beribadah selama seribu bulan penuh tanpa adanya malam tersebut.
Ini menyoroti nilai intrinsik malam tersebut dalam perhitungan ilahi, bukan sekadar nilai waktu duniawi.
Teks Arab: تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
Ayat ini menjelaskan mekanisme turunnya berkah. "Ruh" di sini ditafsirkan secara konsisten oleh Jalalain sebagai Malaikat Jibril AS, pemimpin para malaikat. Mereka turun bersama dengan ribuan malaikat lainnya, bukan hanya untuk menyaksikan, tetapi membawa "setiap urusan" (*min kulli amr*).
“Setiap urusan” diartikan sebagai ketetapan takdir, rezeki, dan segala keputusan Allah untuk tahun yang akan datang, yang semuanya ditetapkan pada malam itu dan disampaikan oleh para malaikat kepada malaikat penjaga bumi.
Teks Arab: سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلِعِ الْفَجْرِ
Ayat penutup ini menegaskan bahwa malam itu dipenuhi dengan kedamaian (salam). Malaikat tidak membawa kegaduhan atau kerusakan; sebaliknya, mereka membawa rahmat dan ketenangan. Kedamaian ini berlangsung terus-menerus sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Keamanan dan ketenangan spiritual ini adalah karunia besar bagi umat Nabi Muhammad SAW, dan menjadi alasan mengapa umat Islam berlomba-lomba menghidupkan malam ini dengan ibadah.
Tafsir Jalalain, dengan singkat dan padatnya, menekankan bahwa Surat Al-Qadr adalah penegasan langsung mengenai status istimewa Al-Qur'an dan malam di mana ia diturunkan. Keutamaan Lailatul Qadar bukan hanya terletak pada pahala ibadah yang berlipat ganda, tetapi juga pada peran malam itu sebagai titik fokus penyingkapan takdir tahunan oleh Allah melalui turunnya para malaikat yang dipimpin oleh Jibril. Memahami surat ini melalui lensa Jalalain membantu seorang Muslim untuk menghargai kedalaman makna setiap kata, dan mendorongnya untuk mencari malam yang penuh berkah tersebut.