Memahami Keagungan Malam: Tafsir Al-Qadr Ayat 1

Simbol Cahaya di Malam Gelap Representasi visual malam yang diterangi oleh satu bintang atau cahaya lembut, melambangkan Lailatul Qadar.

Ayat Pembuka Kemuliaan

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar.

Surah Al-Qadr adalah salah satu permata dalam Al-Qur'an yang memiliki keutamaan luar biasa. Pembuka surah ini, ayat pertama, langsung menancapkan pondasi penting mengenai waktu penurunan kitab suci terakhir Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Ayat tersebut berbunyi: "Inna anzalnahu fi lailatil qadr", yang diterjemahkan sebagai "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Lailatul Qadar."

Penekanan Kata "Inna" (Sesungguhnya)

Kata pembuka "Inna" (إِنَّا) dalam bahasa Arab membawa penekanan yang kuat. Dalam konteks tafsir Al-Qadr ayat 1, penggunaan "Inna" menegaskan sebuah fakta penting dan tak terbantahkan: Al-Qur'an diturunkan bukan sembarang waktu, melainkan pada malam yang sangat istimewa. Penekanan ini menarik perhatian penuh pembaca dan pendengar untuk merenungkan signifikansi dari malam yang dimaksud.

Siapakah "Kami" yang dimaksud? Para mufasir sepakat bahwa kata ganti jamak (Kami) merujuk kepada Allah SWT, menunjukkan keagungan dan kekuasaan-Nya. Tindakan penurunan (anzalnahu) merujuk pada proses diturunkannya Al-Qur'an, yang menurut mayoritas ulama dimulai secara total (jumlahiyyah) dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia pada malam tersebut, sebelum kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.

Identitas "Al-Qur'an" (Hu)

Kata ganti "Hu" (nya) dalam kalimat tersebut merujuk jelas kepada Al-Qur'an Al-Karim. Meskipun surah ini pendek, ia memuat pengumuman besar tentang waktu turunnya pedoman hidup umat manusia. Mengapa malam ini dipilih? Inilah titik fokus pembahasan selanjutnya yang akan diungkapkan dalam ayat-ayat berikutnya, namun ayat pertama ini sudah menetapkan bahwa peristiwa ini adalah momen fundamental dalam sejarah risalah Islam.

Makna Inti dari "Lailatul Qadar"

Inti dari ayat ini terletak pada frasa "Lailatul Qadar" (لَيْلَةِ الْقَدْرِ). Kata "Lailah" berarti malam. Sementara kata "Qadar" memiliki beberapa derivasi makna yang saling terkait dan memperkaya pemahaman kita:

  1. Malam Ketetapan (Penentuan): Ini adalah malam di mana Allah SWT menetapkan takdir (qadar) segala urusan yang akan terjadi selama setahun ke depan, mulai dari rezeki, kematian, hingga keputusan penting lainnya, sebagaimana diperjelas dalam Surah Ad-Dukhan ayat 4.
  2. Malam Kemuliaan/Kehormatan: Qadar juga bisa berarti kemuliaan atau kedudukan tinggi. Malam ini dimuliakan oleh Allah SWT melebihi seribu bulan.
  3. Malam Keterbatasan/Kesempitan: Beberapa penafsiran menyebutkan bahwa karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi pada malam itu, bumi terasa sesak. Namun, makna kemuliaan dan penetapan takdir jauh lebih dominan dan diterima secara luas.

Dengan demikian, tafsir Al-Qadr ayat 1 bukan sekadar penanda waktu, melainkan deklarasi ilahi bahwa Al-Qur'an, wahyu yang membawa keselamatan abadi, diturunkan pada malam yang ditandai dengan keagungan, ketetapan ilahi, dan limpahan rahmat yang tak tertandingi. Malam ini adalah malam di mana takdir tahunan diumumkan oleh Sang Pencipta, menggarisbawahi pentingnya kitab suci tersebut sebagai sumber penetapan dan petunjuk. Merenungkan ayat ini mendorong kita untuk selalu menghormati dan mencari keberkahan dari malam mulia yang tersembunyi di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini.

🏠 Homepage