Ilustrasi: Urutan Surat Setelah Al-Kafirun
Dalam susunan mushaf Al-Qur'an, setiap surat memiliki posisi dan keistimewaan tersendiri. Salah satu rangkaian yang sering menjadi perhatian bagi umat Islam adalah urutan surat pendek yang biasa dibaca dalam shalat sunnah rawatib atau shalat Witir. Surat Al-Kafirun (Surat ke-109) selalu diikuti oleh surat yang sangat agung, yaitu Surat Al-Ikhlas (Surat ke-112). Memahami makna dan keutamaan surat yang mengikuti Al-Kafirun ini sangat penting karena keduanya seringkali diibaratkan sebagai penyeimbang dalam pengakuan keimanan.
Surat Al-Kafirun turun sebagai penolakan tegas terhadap ajaran kesyirikan dan penegasan pemisahan total antara akidah tauhid Islam dan praktik kekufuran. Inti surat ini adalah "Bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku." (QS. Al-Kafirun: 6). Ini adalah pernyataan kemandirian spiritual.
Tepat setelah pernyataan penolakan tersebut, Allah SWT menurunkan Surat Al-Ikhlas. Surat Al-Ikhlas memiliki kedudukan yang sangat tinggi; Rasulullah ﷺ bersabda bahwa surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur'an. Jika Al-Kafirun adalah penolakan terhadap yang batil, maka Al-Ikhlas adalah penegasan totalitas tauhid.
Surat Al-Ikhlas (QS. Al-Ikhlas) adalah inti dari seluruh ajaran Islam. Surat ini terdiri dari empat ayat pendek yang menjelaskan tentang Keesaan Allah (Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma wa Sifat).
Kombinasi pembacaan Al-Kafirun dan Al-Ikhlas dalam ibadah memiliki hikmah mendalam. Ketika seorang muslim menutup permohonan ibadahnya dengan Al-Kafirun, ia telah membersihkan jiwanya dari segala bentuk kesyirikan, dan ketika ia menutupnya dengan Al-Ikhlas, ia telah mengisi kekosongan itu dengan pengakuan tauhid yang murni.
Dalam banyak riwayat hadis, terdapat anjuran kuat untuk membaca dua surat ini secara berpasangan, terutama dalam shalat sunnah seperti Witir atau shalat Rawatib sebelum Subuh. Rasulullah ﷺ sering melakukannya sebagai bentuk perlindungan dan penguatan iman.
Salah satu hadis yang populer menyebutkan bahwa membaca Surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas bersamaan dalam shalat sunnah tertentu sama dengan menghidupkan sunnah Nabi dalam aspek pengakuan tauhid. Ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah deklarasi tahunan dan harian terhadap keyakinan inti seorang Muslim. Keistiqomahan dalam membaca surat setelah Al-Kafirun ini menjadi cerminan komitmen total seorang hamba kepada Penciptanya.
Banyak ulama menafsirkan bahwa keberkahan shalat yang di dalamnya terdapat dua surat ini terletak pada keseimbangan antara penolakan terhadap kebatilan (Al-Kafirun) dan penegasan kebenaran mutlak (Al-Ikhlas). Jika seorang Muslim mampu menerapkan semangat penolakan kebatilan dalam kehidupannya, lalu mengisi kekosongan itu dengan tauhid sejati, maka ia telah meneladani apa yang diajarkan oleh rangkaian surat ini.
Oleh karena itu, bagi mereka yang mencari amalan ringan namun memiliki bobot besar, menjaga konsistensi membaca Al-Ikhlas setelah Al-Kafirun dalam setiap kesempatan shalat sunnah adalah langkah praktis untuk memperbaharui janji iman dan membuktikan keikhlasan hati di hadapan Allah SWT.