Ilustrasi Kekuatan Ilahi Gambar abstrak yang menunjukkan gajah dan burung kecil membawa batu-batu kecil, melambangkan mukjizat.

Surat Setelah Al-Fil: Menelusuri Kekuatan yang Tak Terkalahkan

Dalam urutan mushaf Al-Qur'an, setelah surah ke-105, Al-Fil (Gajah), yang menceritakan peristiwa luar biasa tentang pasukan bergajah yang dihancurkan oleh Allah SWT, kita langsung menemukan surah ke-106. Meskipun sering dibahas bersamaan karena relevansi historisnya yang erat, surat yang dimaksud adalah Surah Quraisy. Namun, jika konteks yang dimaksud adalah surat yang secara tematik atau kronologis mengikuti Al-Fil dalam beberapa struktur pembahasan, fokus utama tetap mengarah pada kedekatan konteks sejarah antara keduanya.

Surah Al-Fil adalah peringatan keras mengenai campur tangan ilahi ketika Ka'bah terancam. Mengikuti narasi kehancuran pasukan musuh Mekkah tersebut, pembahasan beralih kepada suku yang menjadi pusat dari kisah itu, yaitu suku Quraisy. Urutan ini bukanlah kebetulan; ia menandai transisi dari peringatan spesifik kepada pengingat akan nikmat yang lebih umum namun mendasar bagi komunitas Muslim awal.

Surah Quraisy: Nikmat Keamanan dan Kemudahan

Surat yang secara kanonik mengikuti Al-Fil adalah Surah Quraisy (QS. 106). Surat ini menjelaskan mengapa suku Quraisy—yang merupakan penjaga Ka'bah dan suku Nabi Muhammad SAW—diberikan kemuliaan dan keamanan. Ayat-ayatnya berbunyi:

"Karena kebiasaan aman mereka (Quraisy), (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas, maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah), Yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Al-Quraisy: 1-4)

Hubungan antara Al-Fil dan Quraisy sangat erat. Peristiwa Al-Fil terjadi karena niat buruk ingin menghancurkan Ka'bah. Allah menyelamatkan Ka'bah dan dengan demikian, menyelamatkan kemuliaan dan jalur kehidupan suku Quraisy yang bergantung pada Ka'bah sebagai pusat perdagangan dan spiritual. Setelah menunjukkan kekuatan-Nya dalam menghancurkan musuh, Allah mengingatkan Quraisy tentang nikmat yang telah Dia berikan.

Pelajaran Moral dari Urutan Dua Surah

Mengamati urutan surat setelah Al-Fil memberikan pelajaran tauhid yang mendalam. Pertama, Al-Fil mengajarkan bahwa kekuasaan manusiawi, seberapa besar pun (seperti pasukan gajah Abrahah), tidak akan mampu menandingi kekuatan Allah SWT. Kedua, Quraisy mengajarkan bahwa ketika keamanan dan kemudahan hidup diperoleh, bentuk syukur yang paling utama adalah pengabdian tunggal kepada Dzat yang memberikannya, yaitu Allah Tuhan pemilik Ka'bah.

Dalam konteks dakwah kenabian, setelah menunjukkan ancaman pembalasan bagi yang menentang Baitullah, Allah kemudian mengingatkan kaum Quraisy mengenai karunia rizki dan keamanan yang mereka nikmati. Ini adalah strategi pendidikan ilahi yang efektif: mengingatkan akan kekuasaan dan perlindungan sebelum menuntut ketaatan penuh.

Banyak ulama menafsirkan bahwa jika kaum Quraisy benar-benar bersyukur atas mukjizat perlindungan gajah tersebut, mereka seharusnya segera beriman kepada risalah Nabi Muhammad SAW. Namun, ironisnya, banyak di antara mereka yang kemudian menjadi penentang keras risalah Islam, meskipun mereka menikmati buah dari perlindungan ilahi tersebut.

Keamanan yang Berharga

Konsep "keamanan" (aman) yang disebutkan dalam Surah Quraisy bukanlah sekadar tidak adanya perang fisik. Keamanan tersebut mencakup stabilitas ekonomi yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan dagang yang aman ke Yaman di musim dingin dan ke Syam di musim panas. Perdagangan ini adalah urat nadi peradaban Mekkah saat itu.

Peristiwa Al-Fil memastikan kelangsungan jalur perdagangan dan status suci Ka'bah. Oleh karena itu, surat setelah Al-Fil ini berfungsi sebagai 'tanda terima kasih' yang harus dibayar dengan ibadah. Ini menunjukkan bahwa kemudahan hidup bukanlah hak yang otomatis, melainkan titipan yang memerlukan pemeliharaan melalui ibadah.

Jika kita merenungkan rangkaian kisah ini, terlihat jelas bagaimana mukjizat masa lalu (Al-Fil) menjadi landasan bagi kewajiban masa kini (Quraisy untuk beribadah). Tanpa perlindungan yang ditunjukkan dalam peristiwa Gajah, kemudahan berdagang dan keamanan yang dinikmati oleh suku Quraisy pasti akan sirna.

Implikasi Kontemporer

Bagi umat Muslim modern, pelajaran dari rangkaian surat setelah Al-Fil ini tetap relevan. Kita seringkali lupa mencari sumber utama dari keamanan dan kemudahan yang kita nikmati—baik itu kesehatan, rezeki, atau lingkungan yang kondusif. Ketika Allah menunjukkan kuasa-Nya untuk menghancurkan musuh (sebagaimana dalam Al-Fil), itu adalah peringatan. Ketika Dia memberikan karunia berkelanjutan (sebagaimana dalam Quraisy), itu adalah panggilan untuk syukur yang konsisten.

Inti dari pemahaman urutan surat ini adalah bahwa mukjizat besar seringkali diikuti oleh tuntutan ibadah yang mendalam. Perlindungan dari ancaman besar (Gajah) menuntut pemenuhan hak Tuhan (menyembah Pemilik Rumah itu).

Secara ringkas, surah yang secara langsung mengikuti Al-Fil adalah pengingat abadi tentang tanggung jawab yang timbul dari nikmat keamanan ilahi. Itu adalah sebuah jembatan naratif dari intervensi ilahi yang dramatis menuju tuntutan ketaatan yang berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

🏠 Homepage