Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah istimewa dalam Al-Qur'an, sering kali dianjurkan untuk dibaca setiap hari Jumat karena mengandung pelajaran penting mengenai iman, ujian dunia, dan peringatan terhadap fitnah terbesar.
Fokus utama pembahasan ini adalah sepuluh ayat terakhir dari surah mulia ini, yaitu ayat 90 hingga ayat 100. Ayat-ayat penutup ini memiliki makna mendalam yang merangkum pesan perlindungan ilahi dan pentingnya amal shaleh yang berkelanjutan sebagai bekal akhirat.
Sepuluh ayat terakhir Al-Kahfi ini berfungsi sebagai penutup yang kuat, mengingatkan pembaca bahwa perbedaan nasib antara orang yang beriman dan orang yang kafir sangatlah jelas. Ayat-ayat ini berbicara tentang balasan bagi mereka yang memilih jalan kebenaran.
Ayat-ayat ini menjelaskan kontras tajam antara kondisi orang beriman yang dimasukkan ke dalam Surga (Al-Jannah) dan kondisi orang ingkar yang harus menerima akibat perbuatannya di dunia dan akhirat. Mari kita lihat inti dari ayat-ayat penutup ini:
Ayat 90: Menggambarkan betapa buruknya balasan bagi mereka yang menolak kebenaran dan menginginkan kesenangan duniawi.
(90) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka disediakan bagi mereka tempat tinggal (syurga) Firdaus.
Ayat 91: Penegasan bahwa orang kafir tidak akan menemukan tempat beralih atau perlindungan dari azab.
(91) Kekal di dalamnya (syurga); mereka tidak ingin berpindah daripadanya.
Ayat 92: Perbandingan dengan orang yang menolak wahyu.
(92) Katakanlah (Wahai Muhammad): Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, nescaya habis air lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami tambahkan kepadanya yang seumpama banyaknya.
Ayat 93 hingga 97 secara ringkas merujuk kembali pada kisah Nabi Musa dan Khidir, sebuah pelajaran tentang keterbatasan ilmu manusia dan hikmah di balik peristiwa yang tampak ganjil.
Ayat 96: Mengenai pembangunan kembali tembok.
(96) Hingga apabila ia telah rata dengan kedua (bukit) itu, berkatalah (Khidir): "Tiupkanlah", maka ketika (besi) itu telah menjadi merah menyala, berkatalah ia: "Bawalah kepadaku tembaga (atau timah) yang aku tuangkan ke atasnya."
Ayat 97: Penjelasan akhir dari kisah tersebut.
(97) Maka (raksasa itu) tidak dapat memanjatnya dan tidak dapat melubanginya.
Ayat 98: Ini adalah penutup bagi kisah-kisah dalam surah, menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah sebagai rahmat dari Allah.
(98) (Khidir) berkata: "Inilah perpisahan antara aku dan kamu; sekarang aku akan memberitahumu tujuan dari perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat bersabar terhadapnya."
Ayat 99: Peringatan umum bahwa Hari Penghisaban pasti akan tiba, dan kekuasaan duniawi akan berakhir.
(99) Dan diperlihatkan kepada Tuhanmu barisan (pada hari kiamat), (lalu difirmankan): "Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sebagaimana Kami telah menciptakan kamu pada kali yang pertama; sedangkan kamu menyangka bahawa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu sebarang waktu (untuk pembalasan)."
Ayat 100: Ayat terakhir yang menjadi penutup utama surah, menekankan bahwa pilihan di dunia (iman/kufur) akan menentukan tempat tinggal abadi di akhirat.
(100) Dan diperlihatkan neraka Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas sekali.
Sepuluh ayat terakhir ini memberikan penekanan kuat pada konsep tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) dan persiapan akhirat. Keutamaan membaca 10 ayat terakhir ini sering dikaitkan dengan perlindungan dari fitnah Dajjal, sama seperti keutamaan membaca 10 ayat pertama. Namun, secara kontekstual, ayat 90-100 ini secara khusus menyoroti:
Dengan merenungkan ayat-ayat penutup ini, seorang muslim diingatkan untuk tidak terbuai oleh kesenangan dunia (sebagaimana disinggung di awal surah), melainkan fokus pada amal jariyah yang akan menjadi bekal ketika semua kemewahan dunia telah lenyap dan semua manusia diperlihatkan dalam barisan penghisaban di hadapan Tuhan semesta alam.