Surat Al-Lail (Malam) adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur'an yang kaya akan pelajaran moral dan spiritual. Ayat-ayat ini secara khusus menyoroti perbedaan mendasar dalam cara manusia menyikapi kekayaan dan kemudahan hidup versus kesulitan, serta janji Allah bagi mereka yang memilih jalan ketaatan. Fokus kita adalah pada ayat 11 hingga 15, yang menggarisbawahi konsep tanggung jawab harta dan peran harta dalam menentukan takdir akhirat seseorang.
Ayat 11 memberikan peringatan keras: "Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa." Ini adalah kritik tajam terhadap mereka yang terbuai oleh harta benda duniawi. Ketika kematian datang dan seseorang dituntut pertanggungjawabannya atas kesombongan atau kekikirannya, seluruh kekayaan yang dikumpulkannya tidak akan mampu membelinya dari azab Allah. Harta hanya berguna di dunia; ia tidak memiliki nilai sama sekali di hadapan perhitungan akhirat.
Menindaklanjuti realitas ini, Allah menegaskan kendali penuh-Nya atas takdir manusia dalam ayat 12 dan 13. "Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberikan petunjuk. Dan sesungguhnya bagi Kami-lah kehidupan dunia dan akhirat." Ayat ini menegaskan bahwa petunjuk (hidayah) adalah anugerah dan tanggung jawab Ilahi. Meskipun Allah telah mengutus Rasul untuk memberi peringatan, keputusan akhir untuk menerima petunjuk dan mengikuti jalan yang benar berada di bawah kehendak dan ketetapan-Nya. Lebih jauh lagi, Allah adalah pemilik mutlak segalanya, baik kehidupan sementara di dunia maupun keabadian di akhirat. Hal ini menempatkan manusia dalam posisi yang seharusnya bersyukur dan tidak berlaku sombong atas apa yang ia miliki.
Setelah menjelaskan kepemilikan dan tanggung jawab-Nya, Allah mengirimkan peringatan yang spesifik melalui lisan Nabi Muhammad SAW: "Maka aku memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala." (Ayat 14). Neraka digambarkan dengan kata "taladhdha", yang berarti api yang berkobar hebat, menunjukkan kengerian yang tidak terlukiskan.
Ayat penutup dalam rentang ini, Ayat 15, menetapkan siapa yang akan mengalami siksa pedih tersebut: "Orang yang paling celaka akan masuk ke dalamnya." Siapakah "orang yang paling celaka" (al-asyqa)? Dalam konteks ayat-ayat sebelumnya dalam surat Al-Lail (khususnya ayat 16-18), orang yang paling celaka adalah mereka yang kikir, menolak kebenaran, dan berpaling dari mengingat Allah karena terlalu fokus pada kemewahan dunia. Mereka adalah orang yang enggan menafkahkan hartanya di jalan Allah.
Keterkaitan antara ayat 11 dan 15 sangat kuat. Seseorang yang menimbun harta dan kikir di dunia (orang yang celaka) akan mendapati hartanya tidak berguna ketika ia menghadapi azab (ayat 11). Sebaliknya, bagi mereka yang menggunakan hartanya untuk kebaikan, Allah menjanjikan jalan kemudahan (sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat awal surat tersebut), yang mengarah pada ridha-Nya. Memahami ayat-ayat ini mendorong seorang Muslim untuk mengkaji kembali hubungannya dengan harta benda dan memastikan bahwa kekayaan adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan menjadi penghalang antara dirinya dan keselamatan akhirat.