Surah Al-Kahfi adalah salah satu surah terpenting dalam Al-Qur'an yang kaya akan kisah-kisah penuh pelajaran hidup. Khususnya pada rentang ayat 90 hingga 100, Allah SWT menceritakan kelanjutan kisah Dzulkarnain, seorang penguasa kuat yang berkeliling dunia dan membangun penghalang kokoh untuk melindungi kaum yang lemah dari keganasan Ya’juj dan Ma’juj.
Kisah ini memberikan pelajaran mendalam mengenai kekuatan, tanggung jawab seorang pemimpin, serta penegasan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini pada akhirnya akan kembali kepada Allah SWT.
Teks Arab dan Terjemahan Surah Al-Kahfi Ayat 90-100
Kemudian ia menempuh suatu jalan (lain). (90) Hingga apabila ia telah sampai di tempat terbit matahari (sebelah timur), ia melihat matahari itu terbit pada suatu kaum yang Kami tidak menjadikan bagi mereka pelindung dari cahayanya sedikit pun. (91) Demikianlah, dan sungguh (ilmu Kami) telah meliputi segala sesuatu yang ada padanya. (92)
Kemudian ia menempuh suatu jalan (lain). (93) Hingga apabila ia telah sampai di antara dua gunung, ia mendapati di sebelah keduanya suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. (94)
Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu (orang-orang) yang membuat kerusakan di muka bumi, sekaliankah kami membayarmu imbalan supaya kamu membuat dinding di antara kami dan mereka?" (95)
Ia berkata: "Apa yang telah diberikan Tuhanku kepadaku (tentang kekuasaan dan ilmu) lebih baik (daripada bayaranmu), maka bantulah aku dengan kekuatan (pekerja manusia), agar aku dapat membuat suatu tembok antara kalian dan mereka. (96) Berilah aku potongan-potongan besi." Hingga apabila (besi-besi itu) telah sama tingginya dengan kedua (puncak) gunung itu, ia (Dzulkarnain) berkata: "Tiup lagi!". Hingga ketika ia (tambang besi) telah menjadi merah seperti api, dia berkata: "Berilah aku tembaga (yang dididihkan) untuk dituangkan ke atasnya." (97)
Maka mereka (Ya'juj dan Ma'juj) tidak dapat mendaki tembok itu dan tidak dapat pula melubanginya. (98) Dzulkarnain berkata: "Ini adalah rahmat dari Tuhanku, namun apabila janji Tuhanku datang, Dia akan meratakannya dan janji Tuhanku itu adalah benar." (99) Pada hari itu Kami membiarkan mereka (sebagian) gelombang bercampur dengan yang lain, dan ditiuplah sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka (semua) sekali gathering. (100)
Pelajaran dari Kisah Dzulkarnain
Ayat 90 hingga 100 ini menjadi penutup kisah Dzulkarnain yang luar biasa. Kisah ini menegaskan bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang penindasan atau akumulasi kekayaan pribadi, melainkan tentang menggunakan kekuatan untuk keadilan dan kemaslahatan umum. Dzulkarnain menolak imbalan materi dari kaum yang tertindas, mengajarkan bahwa pengabdian kepada kebenaran harus didasari oleh keikhlasan semata, mengharapkan balasan dari Allah SWT.
Inovasi dan Kerja Sama
Proses pembangunan tembok raksasa tersebut melibatkan kolaborasi erat dan pemanfaatan sumber daya alam secara inovatif. Penggunaan besi dan tembaga yang dilebur menunjukkan kecerdasan teknologi yang diberkahi oleh Allah. Ini adalah isyarat bahwa umat Islam didorong untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi demi kemajuan, asalkan digunakan di jalan yang diridhai Allah.
Janji dan Kepastian Akhirat
Poin krusial dalam ayat 99 adalah pengakuan Dzulkarnain bahwa tembok yang dibangunnya hanyalah penanggulangan sementara. Ia sadar bahwa segala sesuatu yang dibuat oleh manusia akan musnah ketika "Janji Tuhanku datang" (Hari Kiamat), di mana tembok itu akan diratakan (dijadikan rata dengan tanah). Hal ini mengingatkan kita bahwa kemegahan duniawi—kekayaan, kekuasaan, atau pencapaian fisik—bersifat fana.
Ayat 100 menutup segmen ini dengan menggambarkan kengerian Hari Kebangkitan. Ketika sangkakala ditiup, semua umat manusia—termasuk Ya'juj dan Ma'juj yang terperangkap di balik tembok—akan dikumpulkan. Gambaran "gelombang bercampur dengan yang lain" melambangkan dahsyatnya huru-hara Hari Pembalasan.
Secara keseluruhan, ayat 90 hingga 100 Surah Al-Kahfi ini adalah pengingat kuat tentang tanggung jawab sosial, pentingnya ilmu pengetahuan terapan, serta penegasan akhir bahwa hanya Allah yang Maha Kekal dan hanya janji-Nya yang pasti terwujud.