Surat Al-Kahfi, surat yang penuh dengan pelajaran hidup dan penguatan iman, menutup kisahnya dengan sebuah penegasan mendasar mengenai konsekuensi pilihan hidup manusia di dunia. Empat ayat terakhir, yaitu ayat 107 hingga 110, berfungsi sebagai kesimpulan tegas mengenai balasan abadi bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, serta peringatan keras bagi mereka yang menolak kebenaran.
Ayat 107: Balasan Agung bagi Orang Beriman
Ayat 107 ini adalah janji Allah yang paling indah dan pasti. Kata kunci di sini adalah kombinasi dari dua elemen: iman (keyakinan hati) dan amal saleh (tindakan nyata). Islam mengajarkan bahwa iman tanpa amal adalah abstrak, sementara amal tanpa iman yang benar akan sia-sia. Surga Firdaus disebutkan sebagai nuzul (tempat tinggal atau perjamuan). Firdaus adalah tingkatan surga tertinggi, sebuah deskripsi kemuliaan yang tak terhingga. Ini menegaskan bahwa jalan menuju kediaman abadi yang paling nikmat adalah dengan memadukan keyakinan murni kepada Allah dengan implementasi kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.
Ayat 108: Kekekalan di Dalam Surga
Setelah menjamin tempat tinggal, ayat 108 menekankan aspek kekekalan. Konsep kekal (khālidīn) menunjukkan bahwa kenikmatan di surga tidak berbatas waktu. Lebih dari sekadar tidak pernah berakhir, mereka juga tidak pernah mencari tempat lain. Ini mengisyaratkan bahwa kebahagiaan di surga adalah puncak dari segala keinginan. Tidak ada rasa bosan, tidak ada keinginan untuk mengubah keadaan, karena apa yang telah Allah sediakan jauh melampaui imajinasi terbaik manusia. Kepuasan sejati telah tercapai di sana.
Ayat 109: Peringatan Tentang Keraguan
Ayat ini memberikan landasan filosofis mengapa kita harus berpegang teguh pada iman dan amal saleh yang diajarkan. Allah Subhana wa Ta'ala menunjukkan keagungan ilmu dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas melalui perumpamaan yang dramatis. Jika semua lautan di dunia dijadikan tinta, dan ditambah lagi lautan sejenisnya, semua itu akan kering sebelum firman dan kebesaran Allah selesai tertulis. Perumpamaan ini bertujuan untuk menyingkirkan keraguan sekecil apa pun tentang kebenaran wahyu yang dibawa Nabi Muhammad SAW dan janji-janji yang terkandung di dalamnya.
Ayat 110: Penutup yang Menegaskan Sifat Dasar Manusia
Ayat penutup surat ini adalah ringkasan operasional dari seluruh pesan Al-Kahfi. Pertama, Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menegaskan sifat kemanusiaannya—beliau bukan Tuhan, melainkan penerima wahyu. Kedua, penegasan Tauhid murni: Ilah kalian hanyalah Tuhan Yang Maha Esa (Wahid). Ketiga, kesimpulan praktis bagi setiap individu yang mendambakan pertemuan dengan Allah SWT (hari kiamat): Lakukan amal saleh dan jangan menyekutukan-Nya (syirik) dalam bentuk apapun.
Keempat ayat ini mengunci tema utama Al-Kahfi: ujian hidup di dunia fana (diwakili kisah Ashabul Kahfi dan pemilik dua kebun) harus dihadapi dengan keimanan teguh kepada Allah Yang Esa. Imbalannya adalah kenikmatan abadi di Firdaus, sementara kegagalan dalam memegang prinsip ini akan berujung pada kerugian yang tak terukur, yang digambarkan dengan ketidakmampuan tinta duniawi untuk mencatat kebesaran-Nya. Memahami dan menginternalisasi ayat 107-110 adalah kunci untuk menjalani kehidupan duniawi dengan orientasi akhirat yang benar.