Dalam susunan mushaf Al-Qur'an, setiap surah memiliki urutan yang telah ditetapkan berdasarkan ketetapan ilahi dan kompilasi yang dilakukan di masa sahabat. Pertanyaan mengenai surah apa yang datang setelah Surah Al Fil (Surah ke-105) seringkali muncul, terutama bagi mereka yang sedang mendalami hafalan atau tadarus. Jawaban singkatnya adalah: **Surah Quraisy (Surah ke-106)**.
Surah Al Fil dan Surah Quraisy memiliki hubungan yang sangat erat, baik dari segi urutan penempatan maupun kandungan tematiknya. Keduanya merupakan surah-surah pendek yang diturunkan di Mekkah (Makkiyah) dan secara historis saling melengkapi dalam menggambarkan kondisi masyarakat Quraisy sebelum kedatangan Islam dan bagaimana Allah SWT melindungi mereka.
Konteks Keterkaitan Tematik
Mengapa kedua surah ini diletakkan bersebelahan? Surah Al Fil menceritakan peristiwa besar tentang kegagalan Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah dengan pasukan bergajahnya. Ini adalah manifestasi nyata dari pemeliharaan ilahi terhadap pusat ibadah umat manusia. Setelah narasi perlindungan ini, Allah SWT langsung menurunkan Surah Quraisy untuk mengingatkan suku Quraisy—yang merupakan penjaga Ka'bah dan pemimpin Makkah pada masa itu—tentang nikmat yang mereka terima.
Isi Pokok Surah Quraisy
Surah Quraisy terdiri dari empat ayat pendek yang berfokus pada empat nikmat utama yang dirasakan oleh suku Quraisy:
- Keamanan dan Ketenangan (Ayat 1): Allah SWT mengingatkan mereka akan rasa aman yang mereka nikmati. Rasa aman ini sangat berharga, terutama bagi kaum yang tinggal di lingkungan yang sering mengalami konflik suku.
- Kemudahan Perjalanan Musim Dingin dan Musim Panas (Ayat 2): Quraisy adalah suku pedagang yang melakukan ekspedisi dagang rutin ke Yaman (musim dingin) dan Syam (musim panas). Allah SWT memfasilitasi pelayaran dan perjalanan darat mereka, yang merupakan sumber kemakmuran utama mereka.
- Penyembahan Kepada Tuhan Pemilik Baitullah (Ayat 3): Nikmat terbesar adalah keberadaan Ka'bah di tengah-tengah mereka. Kehadiran Ka'bah menarik orang untuk berziarah, yang otomatis menggerakkan roda ekonomi mereka melalui penyediaan makanan dan tempat tinggal bagi para jamaah.
- Pemberian Makanan dari Kelaparan (Ayat 4): Ini adalah penegasan atas rezeki yang mengalir melalui aktivitas haji dan perdagangan, memastikan mereka terhindar dari kemiskinan dan kelaparan.
Peringatan dalam Surah Quraisy ini bersifat korektif. Setelah diingatkan tentang bagaimana Allah telah memelihara mereka dari kehancuran (seperti yang diceritakan di Al Fil) dan bagaimana Dia menganugerahkan kemakmuran dagang dan keamanan, maka konsekuensinya adalah mereka harus beribadah dan bersyukur hanya kepada Allah, Tuhan Pemilik Baitullah (Ka'bah), bukan kepada berhala.
Mengapa Urutan Ini Penting dalam Tadarus?
Bagi seorang muslim yang mengikuti urutan mushaf, mengetahui transisi dari Al Fil ke Quraisy memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang narasi Al-Qur'an. Ini bukan sekadar urutan administratif; ini adalah penempatan logis dari suatu peristiwa besar (penyelamatan Ka'bah) menuju implikasi moral dan teologisnya (tanggung jawab suku penjaga Ka'bah).
Ketika kita membaca Surah Al Fil, kita mengingat peristiwa luar biasa ketika alam semesta dikerahkan untuk melindungi rumah Allah. Ketika kita berpindah ke Surah Quraisy, fokusnya bergeser dari peristiwa eksternal tersebut ke tanggung jawab internal komunitas yang diistimewakan, yaitu suku Quraisy. Mereka diperingatkan bahwa segala kemudahan dan kemuliaan yang mereka rasakan bersumber dari Pemilik Rumah tersebut.
Implikasi Bagi Umat Islam Masa Kini
Meskipun konteks aslinya ditujukan kepada suku Quraisy pada masa kenabian, pelajaran dari kedua surah ini bersifat universal. Kita diingatkan bahwa rasa aman, kelancaran rezeki, dan kesempatan untuk beribadah adalah nikmat besar yang harus disyukuri. Sama seperti Quraisy yang diperingatkan agar tidak berpaling dari Allah meskipun telah makmur, umat Islam modern juga harus waspada terhadap bahaya lupa diri ketika mendapatkan kemudahan hidup.
Oleh karena itu, surah yang melanjutkan Al Fil, yaitu Quraisy, berfungsi sebagai jembatan antara kisah perlindungan eksternal dan seruan untuk introspeksi batin serta pemurnian ibadah. Ini menegaskan bahwa ketenangan dan kemakmuran sejati hanya dapat terwujud melalui ketaatan penuh kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Kuasa yang telah menjaga Ka'bah dan memberikan jalan bagi perniagaan mereka.