Mengenal Surah Tepat Sebelum Al-Qadr

Ilustrasi Kuda Berlari Cepat dalam Kegelapan Kekuatan dan Kecepatan

Dalam Mushaf Utsmani, Surah Al-Qadr (Surah ke-97) memiliki posisi yang sangat istimewa karena mengandung kisah penurunan Al-Qur'an pada Malam Seribu Bulan. Namun, sebelum surah yang agung ini, terdapat sebuah surah pendek lainnya yang juga menyimpan sumpah dan peringatan mendalam dari Allah SWT. Surah yang dimaksud adalah Surah Al-‘Adiyat (Surah ke-100).

Fakta Singkat Surah Al-‘Adiyat:
  • Urutan dalam Mushaf: Surah ke-100
  • Urutan Wahyu: Surah ke-30 (sebelum Al-Qadr)
  • Jumlah Ayat: 11 ayat
  • Tema Utama: Peringatan terhadap sifat tamak dan pujian terhadap jihad di jalan Allah.

Makna dan Konteks Surah Al-‘Adiyat

Surah Al-‘Adiyat dibuka dengan sumpah Allah SWT yang sangat kuat, yang menjadi kunci utama pemahaman surah ini: "Demi kuda perang yang berlari terengah-engah," (QS. Al-‘Adiyat: 1). Kata 'Adiyat' merujuk pada kuda-kuda perang pilihan yang digunakan oleh para mujahidin di masa Rasulullah SAW.

Sumpah ini menunjukkan betapa berharganya usaha keras, pengorbanan, dan semangat yang ditunjukkan oleh para pejuang. Kuda-kuda tersebut tidak hanya berlari, tetapi mereka berlari dengan nafas yang memburu (terengah-engah) karena intensitas dan keberanian mereka dalam membela kebenaran.

Sumpah yang Melanjutkan Tiga Sumpah

Para mufassir menjelaskan bahwa rangkaian sumpah ini memiliki tujuan untuk menarik perhatian manusia terhadap peringatan yang akan disampaikan. Setelah sumpah mengenai kuda perang (Al-‘Adiyat), Allah SWT melanjutkan sumpah-Nya:

  1. Demi kuda perang yang berlari terengah-engah, (Al-‘Adiyat: 1)
  2. dan kuda yang memijak dengan kuat (dengan percikan api), (Al-‘Adiyat: 2)
  3. dan kuda yang menyerbu pada waktu pagi, (Al-‘Adiyat: 3)
  4. sehingga menerbangkan debu, (Al-‘Adiyat: 4)
  5. lalu mereka menerobos ke tengah-tengah perkumpulan musuh. (Al-‘Adiyat: 5)

Sumpah ini menegaskan bahwa aktivitas fisik yang penuh pengorbanan dan dedikasi—terutama dalam medan jihad yang tulus—adalah bukti nyata keimanan. Hal ini kontras dengan kondisi manusia yang seringkali lalai.

Peringatan Terhadap Sifat Tamak Manusia

Setelah memberikan gambaran tentang kesungguhan kuda-kuda yang berjuang, Allah SWT mengalihkan fokus kepada watak sebagian besar manusia. Ayat 6 dan seterusnya menjadi peringatan keras:

"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhannya," (QS. Al-‘Adiyat: 6). Kata "ingkar" di sini mengandung makna kufur nikmat, tidak tahu terima kasih, dan sangat jelas menunjukkan sifat menentang kebenaran Tuhannya.

Sifat ingkar ini diperkuat dengan ayat berikutnya yang menjelaskan kecintaan manusia pada harta dunia: "Dan sesungguhnya dia (manusia) sangat menyukai harta dengan keserakahan yang luar biasa." (QS. Al-‘Adiyat: 8). Keserakahan dan kecintaan berlebihan pada materi inilah yang membuat mereka lupa akan tanggung jawab utama mereka kepada Sang Pencipta.

Persiapan Menghadapi Hari Pertanggungjawaban

Surah Al-‘Adiyat ditutup dengan mengingatkan bahwa keadaan ini tidak akan berlangsung selamanya. Akan datang Hari Pembalasan, di mana semua rahasia terungkap:

"Maka apakah dia tidak mengetahui, apabila apa yang ada di dalam kubur dibangkitkan," (QS. Al-‘Adiyat: 9).

Dan, "serta apa yang ada di dalam dada (rahasia hati) disingkapkan," (QS. Al-‘Adiyat: 10). Kemudian, diakhiri dengan penegasan bahwa pada hari itu, Tuhannya Maha Mengetahui segala perbuatan mereka (QS. Al-‘Adiyat: 11).

Memahami Surah Al-‘Adiyat tepat sebelum Surah Al-Qadr memberikan sebuah pelajaran berharga mengenai kontras. Al-‘Adiyat menyoroti usaha duniawi yang tulus (jihad dan pengorbanan) serta kelemahan manusia (keserakahan). Sementara itu, Al-Qadr (yang datang setelahnya dalam susunan mushaf) memberikan hadiah terbesar yang diberikan Allah kepada umat ini—malam kemuliaan yang melampaui ribuan bulan—sebagai balasan bagi mereka yang memanfaatkan hidupnya dengan ketaatan, bukan keserakahan.

Oleh karena itu, Surah Al-‘Adiyat berfungsi sebagai penarik perhatian urgensi. Ia mengingatkan bahwa jika kita ingin meraih kemuliaan Malam Al-Qadr, kita harus terlebih dahulu membersihkan diri dari sifat tamak dan meniru semangat pengorbanan yang dicontohkan dalam sumpah-sumpah awal surah tersebut. Urutan surah ini, meskipun berbeda dari urutan pewahyuan, memiliki hikmah filosofis yang kuat dalam struktur Mushaf yang kita baca saat ini.

🏠 Homepage