Ilustrasi Pewahyuan dalam Al-Qur'an
Memahami urutan turunnya ayat dan surah dalam Al-Qur'an adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat penting dalam studi Islam, dikenal sebagai Ilmu Asbabun Nuzul (sebab turunnya wahyu) dan Tartibun Nuzul (urutan turunnya wahyu). Pertanyaan mengenai surah sesudah Al-Ikhlas mengarahkan kita pada pemahaman kronologis pewahyuan, bukan sekadar urutan mushaf saat ini.
Perlu dicatat bahwa mushaf Al-Qur'an yang kita baca hari ini disusun berdasarkan penetapan dari Rasulullah SAW dan kemudian dikodifikasi secara resmi oleh Khalifah Utsman bin Affan. Susunan ini bersifat tauqifi (berdasarkan wahyu langsung), namun urutan turunnya surah tidak selalu berdekatan dengan urutan mushaf. Surah Al-Ikhlas (QS. Al-Kafirun) adalah surah Makkiyah yang terkenal karena kejelasan konsep Tauhid yang dibawanya.
Menentukan secara pasti surah mana yang turun persis setelah Al-Ikhlas membutuhkan penelusuran mendalam terhadap riwayat Sahabat Nabi mengenai saat dan konteks turunnya wahyu. Namun, dalam kajian umum mengenai kronologi wahyu, surah-surah pendek seperti Al-Ikhlas (QS. 112), Al-Falaq (QS. 113), dan An-Nas (QS. 114) sering dikelompokkan sebagai surah-surah akhir yang turun menjelang akhir masa kenabian di Madinah, atau bagian dari rangkaian ayat ruqyah.
Mayoritas ulama yang fokus pada kronologi pewahyuan (Tartibun Nuzul) sepakat bahwa surah-surah penutup dalam mushaf (Al-Mu’awwidzat, termasuk Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) turun belakangan. Apabila kita merujuk pada urutan mushaf standar, surah yang secara fisik terletak sesudah Surah Al-Ikhlas (Surah ke-112) adalah Surah Al-Falaq (Surah ke-113).
Penting untuk membedakan antara dua urutan ini. Urutan Mushaf (standar) adalah hasil penetapan ilahi yang dilakukan secara bertahap di bawah bimbingan Jibril di akhir masa kenabian. Sedangkan, urutan Pewahyuan (kronologis) mencatat kapan ayat tersebut pertama kali diterima Nabi Muhammad SAW.
Surah Al-Ikhlas diyakini turun karena sebab spesifik, yaitu ketika kaum Quraisy menanyakan nasab dan sifat Tuhan yang disembah Nabi Muhammad SAW. Jawaban atas pertanyaan ini dibungkus dalam empat ayat ringkas dan padat. Setelah konteks ini, wahyu terus mengalir.
Jika kita meninjau riwayat-riwayat tertentu, beberapa surah pendek lainnya, seperti Al-Falaq dan An-Nas, diyakini turun bersamaan atau sangat berdekatan, sering dikaitkan dengan peristiwa gangguan sihir yang menimpa Rasulullah SAW. Kehadiran ketiga surah (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas) di penghujung mushaf menegaskan peran sentral mereka sebagai penutup risalah dalam hal penegasan tauhid murni dan perlindungan dari kejahatan eksternal.
Surah Al-Ikhlas, yang berarti "Memurnikan Keimanan," sering disebut sebagai sepertiga Al-Qur'an karena esensinya mencakup seluruh ajaran tauhid yang merupakan inti ajaran Islam. Karena bobotnya yang sangat besar, sangat logis jika surah ini diletakkan di posisi yang strategis, yaitu menjelang penutup Al-Qur'an.
Oleh karena itu, bagi pembaca awam atau mereka yang mencari koneksi langsung dalam teks mushaf, Surah Al-Falaq (113) adalah surah yang mengikuti Al-Ikhlas (112). Sementara itu, surah terakhir, An-Nas (114), menyempurnakan perlindungan spiritual dengan memohon perlindungan kepada Tuhan dari segala kejahatan yang datang dari bisikan jin dan manusia. Rangkaian surah penutup ini menjadi penutup yang sempurna bagi kitab suci, mengukuhkan keimanan dan memohon penjagaan abadi.
Kesimpulannya, meskipun urutan pewahyuan memiliki dinamikanya sendiri, urutan yang kita pegang hari ini telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW. Surah yang secara fisik berada setelah Al-Ikhlas adalah Al-Falaq, yang bersama Al-Ikhlas dan An-Nas membentuk benteng pertahanan spiritual bagi umat Islam.