Surah Al-Kahfi (Gua) adalah salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur'an yang memiliki kedudukan istimewa, terutama karena mengandung empat kisah besar yang menjadi pelajaran penting bagi umat Islam sepanjang zaman. Keempat kisah tersebut adalah kisah Ashabul Kahfi (pemuda gua), kisah pemilik dua kebun, kisah Nabi Musa dengan Khidr, dan kisah Dzulkarnain. Semua kisah ini memiliki benang merah yang sama: ujian keimanan, godaan dunia, batas ilmu manusia, dan kekuasaan absolut Allah SWT.
Fokus utama dari surah ini, terutama dalam konteks ayat 18, adalah mengenai Ashabul Kahfi—sekumpulan pemuda saleh yang menolak menyembah berhala dan memilih untuk menyelamatkan akidah mereka dengan berlindung di gua. Kisah ini memberikan ketenangan dan penguatan bagi Nabi Muhammad SAW serta umatnya yang saat itu menghadapi penindasan dan godaan untuk murtad.
Ayat ke-18 adalah inti dari gambaran keadaan mereka saat tertidur di dalam gua. Ayat ini menunjukkan bagaimana Allah SWT memelihara dan mengubah kondisi mereka di tengah kebingungan antara dunia luar dan perlindungan-Nya.
"Dan engkau akan mengira mereka sadar padahal mereka tertidur. Dan Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengulurkan dua kakinya di muka pintu. Dan seandainya kamu melihat mereka, tentu kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka."
(Catatan: Teks di atas adalah terjemahan untuk ayat 17. Untuk ayat 18, berikut adalah terjemahan yang benar sesuai permintaan):
"Dan kamu akan mengira mereka bangun, padahal mereka sedang tertidur. Dan Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengulurkan dua kakinya di muka pintu. Dan seandainya kamu melihat mereka, tentu kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan kamu akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka."
(Koreksi: Ayat 18 adalah tentang matahari. Berikut adalah terjemahan yang benar untuk Ayat 18 Surah Al-Kahfi.)
"Dan engkau akan melihat matahari ketika terbit, berpaling dari gua mereka ke sebelah kanan, dan apabila matahari terbenam, ia menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada dalam suatu rongga gua itu. Itulah di antara tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong yang membimbingnya."
Ayat ini menjelaskan bagaimana Allah SWT mengatur pergerakan matahari sehingga sinar panas tidak langsung menimpa tubuh para pemuda tersebut selama tidur panjang mereka, sebuah penjagaan yang luar biasa.
Ayat 18 Surah Al-Kahfi memberikan kita pelajaran mendalam tentang pengawasan Ilahi. Kata "تَزَاوَرُ" (tazawaru) yang berarti berpaling atau menjauh, dan "تَقْرِضُهُمْ" (taqriduhum) yang berarti meninggalkan mereka tanpa menyentuh mereka secara langsung, menekankan bahwa perlindungan mereka bukanlah kebetulan alami, melainkan intervensi langsung dari Sang Pencipta.
Pertama, ini adalah penegasan atas janji perlindungan Allah SWT. Para pemuda tersebut mengorbankan kenyamanan duniawi—status sosial, harta, dan bahkan nyawa—demi mempertahankan tauhid. Balasan Allah adalah penjagaan fisik yang sempurna atas jasad mereka selama ratusan tahun. Jika sinar matahari saja diatur sedemikian rupa, bagaimana mungkin Allah tidak menjaga keimanan hamba-Nya yang teguh?
Kedua, ayat ini berbicara tentang petunjuk (hidayah). Paruh kedua ayat tersebut menegaskan: "Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong yang membimbingnya." Ini menunjukkan bahwa kunci keselamatan—baik di dunia maupun di akhirat—bukanlah usaha semata, melainkan izin dan rahmat Allah untuk menerima petunjuk. Ashabul Kahfi mendapatkan petunjuk untuk lari dan berlindung, sementara kaum mereka yang menolak pilihan tersebut tersesat dalam kekafiran.
Dalam konteks modern, kisah ini mengingatkan kita bahwa ketika kita memilih jalan kebenaran di tengah arus kesesatan masyarakat, kita mungkin akan merasa sendirian. Namun, melalui ayat ini, Allah menjanjikan bahwa perlindungan-Nya akan selalu ada, bahkan dalam bentuk yang tidak terduga atau terlihat secara kasat mata. Pembolak-balikan yang dilakukan Allah membuat mereka tetap segar dan tidak membusuk, sebuah mukjizat yang menentang hukum alam.
Memahami Surah Al-Kahfi, terutama ayat yang membahas perlindungan fisik dan spiritual ini, adalah pengingat bahwa keimanan yang tulus akan selalu menemukan jalan keluar dan penjagaan dari Allah, sebagaimana matahari yang taat pada perintah-Nya untuk tidak menyakiti para hamba-Nya yang sedang beribadah dalam ketakutan. Kita didorong untuk selalu memohon petunjuk-Nya, karena tanpa petunjuk-Nya, segala usaha pencarian kebenaran akan berakhir sia-sia.