Sebuah perenungan mendalam mengenai awal kisah Ashabul Kahfi dan peringatan Allah SWT.
Surah Al-Kahfi, surah ke-18 dalam Al-Qur'an, adalah salah satu surah yang sangat dianjurkan untuk dibaca, terutama pada hari Jumat. Di dalamnya terkandung empat kisah besar yang menjadi pelajaran hidup tentang iman, kesabaran, ilmu, dan kekuasaan Allah SWT. Ayat 6 hingga 10 merupakan pembukaan penting yang menegaskan tujuan penurunan Al-Qur'an dan mengantar kita pada kisah utama Ashabul Kahfi (pemuda pemilik gua).
Allah SWT berfirman di awal kisah ini sebagai penekanan urgensi pesan yang dibawa:
Ayat ini berbicara kepada Nabi Muhammad SAW, mengungkapkan kesedihan beliau yang mendalam melihat kaumnya berpaling dari petunjuk. Allah mengingatkan bahwa tujuan alam semesta ini diciptakan adalah untuk ujian. Dunia dan segala perhiasannya hanyalah sarana untuk menguji amal perbuatan manusia. Ini mengajarkan kepada kita bahwa fokus utama seorang mukmin bukanlah pada gemerlap dunia, melainkan pada kualitas amalnya di sisi Allah.
Setelah menetapkan bahwa dunia adalah ujian, Allah melanjutkan dengan peringatan keras mengenai nasib mereka yang hanya mengejar kesenangan duniawi tanpa iman:
Ayat 8 adalah konsekuensi logis dari ayat sebelumnya. Semua keindahan, kekayaan, dan kekuasaan yang dinikmati manusia akan lenyap. Keindahan yang fana ini akan berakhir menjadi tanah yang tandus. Peringatan ini menuntut kita untuk tidak terperangkap dalam ilusi sementara. Ketika kita memahami bahwa segala sesuatu pasti akan musnah, kita akan lebih termotivasi untuk berinvestasi pada hal-hal yang abadi, yaitu amal saleh.
Sebagai penutup bagian pengantar ini, Allah SWT memperkenalkan kisah yang menjadi inti perlindungan dan keajaiban iman, yaitu kisah Ashabul Kahfi:
Ayat 9 menegaskan bahwa kisah pemuda gua ini bukanlah sekadar dongeng atau keanehan, melainkan bagian dari bukti nyata kekuasaan Allah. Kemudian, ayat 10 menunjukkan kunci keselamatan mereka: keteguhan iman dan permohonan yang tulus. Mereka tidak meminta kekayaan atau kemudahan duniawi, melainkan memohon dua hal esensial: **Rahmat (Kasih Sayang)** dan **Rasyadan (Petunjuk yang lurus)**.
Permintaan para pemuda ini mengandung hikmah mendalam. Ketika dihadapkan pada tekanan iman dan ancaman kematian dari penguasa zalim, mereka menyadari bahwa kekuatan fisik dan harta tidak berguna. Yang dibutuhkan adalah rahmat Ilahi sebagai penutup dari bahaya, dan petunjuk yang benar agar mereka tidak tersesat dalam ketakutan atau kompromi iman. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi ujian hidup—termasuk fitnah dunia modern—kita harus selalu kembali memohon rahmat dan bimbingan langsung dari Allah.
Secara keseluruhan, rentang ayat 6 hingga 10 ini berfungsi sebagai landasan: dunia adalah medan ujian (Ayat 7), kenikmatan dunia akan sirna (Ayat 8), dan pertolongan Allah datang melalui rahmat dan petunjuk kepada orang-orang yang teguh beriman (Ayat 10). Memahami ayat-ayat pembuka ini akan membuka pemahaman yang lebih luas tentang pesan-pesan penting yang terkandung dalam sisa Surah Al-Kahfi.