Pertanyaan mengenai posisi **surah Al Fil merupakan surah ke** berapa dalam urutan Mushaf sering kali muncul di kalangan umat Islam yang ingin memperdalam pemahaman tentang Al-Qur'an. Surah Al Fil, yang berarti "Gajah", adalah salah satu surah pendek yang sarat makna dan mengandung kisah monumental dalam sejarah kenabian, khususnya yang berkaitan dengan masa kecil Nabi Muhammad SAW.
Secara struktural dalam susunan mushaf Utsmani (standar saat ini), **Surah Al Fil merupakan surah ke-105**. Surah ini terletak di Juz Amma, bagian akhir dari Al-Qur'an, tepat setelah Surah Al-Quraisy (Surah ke-106). Meskipun urutan turunnya wahyu (nuzul) berbeda dengan urutan dalam mushaf, penetapan urutan dalam mushaf didasarkan pada ketetapan sahabat Nabi yang disusun berdasarkan petunjuk langsung dari Rasulullah SAW.
Keistimewaan dan Kisah di Balik Penamaannya
Surah Al Fil sangat terkenal karena menceritakan peristiwa luar biasa yang dikenal sebagai 'Amul Fil' atau Tahun Gajah. Peristiwa ini terjadi sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW. Inti dari surah ini adalah tentang upaya penyerangan Ka'bah oleh seorang raja Yaman bernama Abrahah bin Ash-Shabah.
Ilustrasi metaforis: Burung-burung kecil membawa batu penghancur.
Abrahah ingin menghancurkan Ka'bah karena ia merasa cemburu melihat betapa mulianya Baitullah di mata bangsa Arab. Ia memimpin pasukan besar, termasuk gajah yang sangat besar sebagai simbol kekuatan militer yang tak tertandingi saat itu. Tujuannya jelas: mengalihkan pusat peribadatan ke gereja megah yang baru ia bangun di Yaman.
Namun, ketika pasukan ini mendekati Makkah, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tak terduga. Melalui firman-Nya dalam Surah Al Fil (ayat 1-5), Allah menjelaskan bagaimana burung-burung kecil yang disebut Ababil datang dari segala penjuru, membawa batu-batu dari tanah liat yang dibakar (sijjil). Batu-batu tersebut dilemparkan kepada pasukan Abrahah, menghancurkan mereka hingga luluh lantak seperti daun yang dimakan ulat.
Signifikansi Surah Al Fil dalam Sejarah Islam
Peristiwa ini adalah salah satu mukjizat besar yang menandakan kemuliaan dan perlindungan Allah terhadap Ka'bah, rumah ibadah pertama di muka bumi. Karena peristiwa ini terjadi pada tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun tersebut kemudian dikenal sebagai 'Amul Fil' (Tahun Gajah), sebuah penanda waktu yang sangat penting dalam penanggalan Arab pra-Islam.
Meskipun **surah Al Fil merupakan surah ke-105** dalam susunan Mushaf, maknanya jauh lebih mendalam daripada sekadar nomor urut. Surah ini mengajarkan beberapa pelajaran utama:
- Kekuasaan Mutlak Allah: Tidak ada kekuatan di dunia, sekuat apapun itu (bahkan gajah), yang mampu menandingi kehendak dan pertolongan Allah SWT.
- Kemuliaan Baitullah: Allah menjaga kesucian rumah-Nya dari segala bentuk penghinaan atau perusakan.
- Kehinaan Kesombongan: Kesombongan dan keserakahan Abrahah membawanya pada kehancuran total.
Kaitan dengan Surah Al-Quraisy
Menariknya, Surah Al Fil selalu dipasangkan dengan Surah Al-Quraisy (surah ke-106). Para ulama sering menyebut keduanya sebagai dua surah yang tak terpisahkan karena konteks kisahnya berkaitan erat. Surah Al-Quraisy berbicara tentang rahmat Allah kepada kaum Quraisy karena mereka aman dan terlindungi (sehingga mereka mampu menjaga Ka'bah), yang merupakan dampak langsung dari kemenangan yang digambarkan dalam Surah Al Fil. Allah menyelamatkan Ka'bah, dan sebagai imbalannya, kaum Quraisy yang menjadi penjaga Ka'bah mendapatkan kemudahan perjalanan dagang dan keamanan.
Dengan demikian, ketika seseorang mencari tahu posisi **surah Al Fil merupakan surah ke** berapa, jawabannya adalah 105. Namun, memahami kisah di baliknya memberikan perspektif yang jauh lebih kaya mengenai bagaimana Allah SWT telah menyiapkan perlindungan bagi pusat peribadatan-Nya bahkan sebelum risalah Islam diturunkan secara penuh.
Mempelajari surah-surah pendek seperti Al Fil memberikan kita kesempatan untuk merenungkan sejarah kenabian secara mendalam. Setiap ayatnya adalah pengingat akan janji Allah bahwa pertolongan-Nya selalu datang, seringkali melalui cara-cara yang tidak pernah terbayangkan oleh musuh-musuh-Nya. Kisah gajah dan burung Ababil adalah salah satu bukti nyata bahwa kebenaran dan kesucian akan selalu menang melawan kezaliman dan kesombongan.