Surah Al-Kahfi, surat ke-18 dalam Al-Qur'an, menyimpan banyak sekali pelajaran penting, terutama yang berkaitan dengan ujian kehidupan, keimanan, dan keteguhan hati. Bagian awal surat ini menceritakan kisah pemuda Ashabul Kahfi (Penghuni Gua) yang melarikan diri demi mempertahankan akidah mereka. Ayat 10 hingga 20 menjadi titik krusial dalam narasi ini, menggambarkan momen ketika mereka bersembunyi dan berdoa memohon perlindungan dari Allah SWT.
Memahami ayat-ayat ini sangat penting, khususnya dalam konteks zaman modern di mana godaan untuk menyimpang dari jalan kebenaran semakin kuat. Ayat-ayat ini menawarkan cetak biru tentang bagaimana seharusnya seorang Mukmin bersikap ketika menghadapi tekanan sosial dan ideologi yang bertentangan.
Berikut adalah kutipan dari ayat 10 hingga 20, yang menekankan doa dan pengharapan mereka kepada Tuhan:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
(10) (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini."
فَضَرَبْنَا عَلَىٰ آذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا
(11) Maka Kami menidurkan mereka di dalam gua itu selama beberapa tahun yang ditentukan.
ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَىٰ لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا
(12) Kemudian Kami bangkitkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu (yang lebih tepat) dalam menghitung lama mereka tinggal.
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
(13) Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) berita mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.
Ayat 14 hingga 16 melanjutkan penguatan hati mereka dan gambaran bagaimana Allah memberikan keteguhan. Ayat 17, misalnya, menegaskan bahwa jika mereka keluar, mereka tidak akan mendapat perlindungan selain dari Allah.
وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ۗ مَن يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُّرْشِدًا
(17) Dan engkau (Muhammad) akan melihat matahari ketika terbit, akan berpaling dari gua mereka ke sebelah kanan, dan ketika ia terbenam akan memotong mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada dalam satu celah (ruangan) yang lebar di gua itu. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka sekali-kali kamu tidak akan menemukan baginya penolong yang dapat memberinya petunjuk.
Ayat 18 dan 19 menjelaskan keadaan mereka yang tertidur pulas dalam perlindungan Ilahi, seolah-olah waktu tidak berlalu. Ketika mereka terbangun, mereka saling bertanya berapa lama mereka telah berdiam diri. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka memohon petunjuk, dimensi waktu sepenuhnya berada di tangan Sang Pencipta.
وَكَذَٰلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ ۚ قَالَ قَائِلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ ۖ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۚ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُم بِوَرِقِكُمْ هَٰذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنظُرْ أَيُّهَا أَزْكَىٰ طَعَامًا فَلْيَأْتِكُم بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا
(20) Demikian pula Kami bangunkan mereka (dari tidurnya) agar mereka dapat saling bertanya di antara mereka. Berkatalah salah seorang dari mereka: "Berapa lama kamu telah tertidur?" Mereka menjawab: "Kita telah tertidur sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada di sini. Maka, kirimlah salah seorang di antara kamu dengan uang perakmu ini ke kota, dan biarlah dia mencari makanan yang paling baik, lalu biarlah dia membawa sebagian untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan hal ihwalmu kepada seorang pun."
Fokus utama dari sepuluh ayat ini adalah pentingnya tawakkal (berserah diri) yang disertai dengan usaha. Para pemuda itu tidak hanya berdoa memohon rahmat dan petunjuk, tetapi ketika mereka menyadari perlu makan dan berinteraksi dengan dunia luar (Ayat 20), mereka merencanakan langkah strategis (mengutus satu orang dengan hati-hati). Mereka tahu bahwa mempertahankan iman di tengah masyarakat yang menyimpang membutuhkan kebijaksanaan luar biasa.
Peristiwa ini mengajarkan bahwa ketika kita menghadapi fitnah atau ujian besar, respons pertama kita haruslah kembali kepada Allah melalui doa yang tulus (Ayat 10). Setelah itu, Allah akan memberikan perlindungan dan mempermudah urusan kita, bahkan dengan cara yang tak terduga, seperti menidurkan mereka selama ratusan tahun agar mereka tidak terpengaruh oleh kemerosotan moral di luar gua.
Ayat 17 menegaskan bahwa petunjuk Allah adalah satu-satunya pegangan yang dapat diandalkan. Di dunia yang penuh pilihan dan jalan menyesatkan, hanya rahmat dan petunjuk dari-Nya yang dapat memastikan kita tetap berada di jalan yang lurus (Ar-Rasyad). Ayat-ayat ini adalah pengingat abadi bagi setiap generasi tentang kekuatan iman yang teguh.