Fokus pada Ayat Keempat
Surah Al-Fil, yang berarti "Gajah", adalah salah satu surah pendek dalam Juz 'Amma Al-Qur'an. Surah ini menceritakan kisah monumental tentang upaya penghancuran Ka'bah oleh pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah, seorang penguasa Yaman pada masa itu. Tujuan mereka jelas: mengalihkan pusat ibadah bangsa Arab dari Mekah ke gereja megah yang ia bangun di Yaman.
Kisah ini diabadikan oleh Allah SWT sebagai pengingat akan kekuasaan-Nya yang tak terbatas dalam melindungi rumah-Nya. Setiap ayat dalam surah ini memainkan peran penting dalam membangun narasi dramatis tersebut. Namun, perhatian khusus sering tertuju pada ayat keempat, yang menjadi titik balik krusial dalam peristiwa besar tersebut.
Surah Al-Fil Ayat ke-4 Berbunyi:
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ
(4) yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang dibakar.
Makna dan Konteks Ayat Keempat
Ayat keempat ini adalah puncak dari intervensi ilahi. Setelah Allah SWT mengirimkan pasukan burung (Ababil) pada ayat ketiga, ayat keempat menjelaskan alat atau metode yang digunakan oleh burung-burung tersebut. Kata kunci di sini adalah "hijaratan min sijjeel" (حِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ).
"Hijaratan" berarti batu-batu. Sementara itu, "Sijjeel" adalah istilah yang menarik dan memiliki beberapa interpretasi tafsir, meskipun intinya selalu mengarah pada sifat destruktifnya. Mayoritas ulama menafsirkan sijjeel sebagai batu yang telah dibakar atau batu dari tanah liat yang mengeras karena dibakar oleh api neraka (seperti yang diindikasikan dalam tafsir Ibnu Katsir dan lainnya).
Bayangkanlah adegan tersebut: sebuah pasukan besar yang tak terhentikan, siap menghancurkan simbol suci. Namun, yang mereka hadapi bukanlah pasukan manusia, melainkan hujan batu panas yang dijatuhkan dari langit oleh makhluk kecil ciptaan Allah. Batu-batu ini bukan sekadar kerikil biasa; mereka adalah proyektil yang telah dipersiapkan secara ilahi untuk menghancurkan pertahanan dan tubuh pasukan gajah tersebut hingga menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Pelajaran dari "Batu dari Sijjeel"
Pesan utama yang terkandung dalam ayat ini adalah kelemahan mutlak makhluk di hadapan kekuasaan Allah. Tentara Abrahah mengandalkan kekuatan fisik, termasuk gajah-gajah perang yang ditakuti, namun semua kekuatan itu tidak berarti apa-apa ketika berhadapan dengan takdir yang telah ditetapkan oleh Yang Maha Kuasa.
Ayat keempat menegaskan bahwa Allah mampu menggunakan sarana yang paling tidak terduga untuk melindungi kebenaran dan tempat-tempat suci-Nya. Kisah Al-Fil, yang dipertegas oleh ayat keempat ini, menjadi penguatan akidah bagi kaum Muslimin awal dan pengingat abadi bahwa pertolongan Allah bisa datang dari mana saja dan dalam bentuk apa pun. Kekuatan militer dan kekayaan duniawi hanyalah sementara; kekuasaan sejati hanya milik Allah SWT.
Mempelajari dan merenungkan ayat ini, khususnya tentang sifat batu sijjeel, mengajarkan kita untuk tidak pernah meremehkan kekuatan spiritual dan pertolongan gaib ketika berhadapan dengan kezaliman yang tampak lebih kuat secara materi.