Surah Al Fil (Surah Gajah) adalah surah ke-105 dalam Al-Qur'an, terdiri dari lima ayat pendek namun sarat makna. Surah ini memiliki kisah dramatis yang menjadi latar belakang penurunannya, yaitu peristiwa luar biasa yang terjadi menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, sekitar tahun 570 Masehi. Peristiwa ini dikenal sebagai 'Amul Fil' atau Tahun Gajah.
Kisah ini berpusat pada ambisius dan kesombongan seorang penguasa Yaman bernama Abraha bin Ash-Shabah. Abraha adalah seorang raja Kristen yang berkuasa di Yaman di bawah pengaruh Kekaisaran Aksum (Ethiopia). Merasa iri dengan kemuliaan Ka'bah di Mekkah yang terus didatangi jamaah Arab, Abraha membangun sebuah gereja besar (disebut pula katedral atau kuil) yang sangat megah di San'a, Yaman. Tujuannya adalah mengalihkan pusat ibadah dan ziarah bangsa Arab dari Mekkah ke gereja buatannya tersebut.
Usaha Abraha untuk memindahkan fokus ibadah tidak berhasil. Ka'bah tetap menjadi pusat spiritual bangsa Arab. Karena frustrasi, Abraha memutuskan untuk menghancurkan Ka'bah secara fisik. Ia mengerahkan pasukan besar yang dipimpin oleh seekor gajah besar, yang pada masa itu merupakan simbol kekuatan militer tertinggi dan jarang terlihat di semenanjung Arab. Pasukan ini bergerak menuju Mekkah dengan niat menghancurkan bangunan suci tersebut.
Ketika pasukan Abraha mendekati Mekkah, penduduk setempat—termasuk Bani Quraisy—sangat ketakutan. Mereka tahu bahwa kekuatan militer Abraha tidak tertandingi. Banyak yang melarikan diri. Ketika mereka tiba di lembah Muhassir, dekat Mekkah, pasukan Abraha bersiap untuk menyerbu Ka'bah keesokan harinya.
Di sinilah keajaiban terjadi. Ketika fajar menyingsing, Allah SWT mengirimkan pertolongan yang tidak terduga. Bukan berupa bala tentara manusia, melainkan sekumpulan burung kecil yang datang bergerombol dalam jumlah tak terhitung. Burung-burung ini membawa batu-batu kecil, yang digambarkan dalam surah sebagai 'Sijjil' (batu tanah liat yang dibakar, atau batu panas yang keras).
Setiap burung melemparkan batu-batu kecil tersebut ke arah pasukan gajah dan tentara Abraha. Batu-batu yang kecil itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Ketika mengenai pasukan, mereka seketika hancur lebur, seperti daun yang dimakan ulat. Pasukan gajah pun panik dan lari tunggang langgang, meninggalkan kehancuran di belakang mereka. Abraha sendiri mengalami nasib yang mengerikan, tubuhnya hancur sebelum ia sempat mencapai Ka'bah.
أَلَمْ نَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيلٍ (1) Tidakkah telah Dia jadikan tipu daya mereka itu sia-sia?
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (2) Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung-burung yang bergelombang (berkelompok-kelompok),
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ (3) yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar,
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ (4) sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan ulat.
Surah Al Fil mengajarkan beberapa pelajaran penting. Pertama, ini adalah demonstrasi nyata bahwa rencana jahat manusia, sehebat apa pun persiapan militernya, akan selalu gagal jika berhadapan dengan kehendak Allah SWT, terutama ketika rencana itu menargetkan kehormatan rumah-Nya (Ka'bah).
Kedua, surah ini menekankan bahwa pertolongan Allah sering datang dari arah yang tidak terduga. Allah menggunakan makhluk terkecil—burung—untuk menghancurkan kekuatan terbesar (gajah). Ini menjadi peringatan bagi umat Islam agar tidak pernah meremehkan kekuatan doa dan pertolongan Ilahi, sekecil apa pun bentuknya.
Ketiga, peristiwa ini menjadi salah satu mukjizat besar yang melindungi Mekkah dan Ka'bah sebelum masa kenabian Muhammad SAW. Peristiwa ini memperkuat status Ka'bah sebagai tempat yang dijaga Allah, sebuah kehormatan yang kelak akan disempurnakan melalui risalah Islam. Kehancuran pasukan Abraha menjadi bukti nyata bahwa segala upaya untuk menghancurkan syiar Allah akan berujung pada kehancuran diri sendiri.