Ilustrasi cahaya malam yang penuh kemuliaan.
Surah Al-Qadr, yang terdiri dari lima ayat singkat namun padat makna, merupakan salah satu surat yang paling istimewa dalam Al-Qur'an. Keistimewaannya tidak hanya terletak pada isinya yang menjelaskan tentang turunnya Al-Qur'an pada malam tertentu, tetapi juga pada latar belakang atau sebab turunnya surah Al-Qadr itu sendiri.
Para ulama tafsir sepakat bahwa surah ini diturunkan untuk menegaskan kedudukan luar biasa dari Malam Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan), malam di mana Al-Qur'an diturunkan secara keseluruhan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia, sebelum kemudian diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun.
Kisah Sebab Nuzul (Turunnya) Surah Al-Qadr
Meskipun teks surah ini fokus pada deskripsi malam itu sendiri, konteks historis mengenai penurunan surah ini sering dikaitkan dengan urgensi untuk menjelaskan keutamaan malam tersebut di hadapan para sahabat. Riwayat menyebutkan bahwa ketika Allah SWT menurunkan ayat-ayat ini kepada Rasulullah SAW, tujuan utamanya adalah memberikan penegasan dan perbandingan nilai ibadah pada malam itu dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Inti dari sebab turunnya surah Al-Qadr adalah untuk mengumumkan secara eksplisit kepada umat Islam bahwa ada satu malam dalam setahun yang memiliki nilai ibadah lebih baik daripada seribu bulan tanpa malam tersebut. Ini adalah bentuk rahmat dan kemudahan dari Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad.
Mengapa Malam Itu Begitu Istimewa?
Surah Al-Qadr menjelaskan tiga alasan utama yang menjadi dasar kemuliaan malam tersebut:
- Turunnya Al-Qur'an: Ayat pertama menyatakan, "Inna anzalnahu fi lailatil qadr" (Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada Lailatul Qadr). Ini menunjukkan bahwa malam tersebut adalah titik tolak sejarah wahyu, momen agung ketika Kitab Suci terakhir diturunkan.
- Keterlibatan Malaikat: Disebutkan bahwa pada malam itu, para malaikat turun ke bumi dengan izin Tuhan mereka, "Tanazzalul malaikatu war-ruhu fiha bi idzni Rabbihim min kulli amr" (Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya membawa semua urusan). Kehadiran malaikat dalam jumlah besar menunjukkan kedamaian dan berkah yang luar biasa melingkupi bumi.
- Keselamatan hingga Fajar: Ayat terakhir menegaskan, "Salaamun hiya hatta matla'il fajr" (Malam itu penuh kesejahteraan/keselamatan sampai terbit fajar).
Perbandingan Nilai Ibadah
Salah satu tafsir populer yang sering dikaitkan dengan urgensi penurunan surah ini adalah perbandingan historis. Dikisahkan bahwa para sahabat Nabi merasa iri atau sedih ketika mendengar tentang panjang usia umat terdahulu—Nabi Nuh AS misalnya, berdakwah selama 950 tahun. Umat Nabi terdahulu memiliki waktu yang sangat panjang untuk beribadah dan mengumpulkan pahala.
Mendengar hal tersebut, Allah SWT memberikan hadiah yang jauh lebih besar kepada umat Nabi Muhammad SAW, yaitu Malam Lailatul Qadr. Beribadah satu malam saja pada malam ini setara dengan pahala beribadah selama 1000 bulan (sekitar 83 tahun). Ini adalah bentuk kasih sayang dan keutamaan yang hanya diberikan kepada umat Islam. Dengan demikian, surah Al-Qadr berfungsi sebagai kabar gembira sekaligus penekanan atas kesempatan emas yang Allah berikan.
Oleh karena itu, memahami sebab turunnya surah Al-Qadr membantu umat Muslim menempatkan malam tersebut pada prioritas tertinggi dalam ibadah mereka selama bulan Ramadan, khususnya pada sepuluh malam terakhir, sebagai upaya meraih kemuliaan yang dijanjikan oleh Allah SWT. Malam ini adalah kesempatan untuk meraih pengampunan dan ketenangan yang melimpah ruah, terlepas dari panjang pendeknya usia duniawi seseorang.