Aglaonema dan Dieffenbachia, keduanya termasuk dalam keluarga Araceae (talas-talasan), seringkali membingungkan bagi pemula dalam dunia tanaman hias. Meskipun memiliki beberapa kemiripan visual, terutama dalam hal kebutuhan cahaya dan bentuk daun yang lebar, terdapat perbedaan mendasar yang signifikan antara kedua genus ini, baik dari segi morfologi, pola pertumbuhan, maupun tingkat toksisitasnya.
Memahami perbedaan ini sangat penting, terutama dalam menentukan penempatan dan penanganan kebun Anda. Meskipun keduanya menyukai kelembaban tinggi dan kondisi teduh, struktur daun dan kecenderungan pertumbuhannya membedakan mereka.
Perbedaan Morfologi Utama
1. Struktur Pertumbuhan dan Batang
Dieffenbachia, sering dijuluki "Dumb Cane," cenderung tumbuh lebih tinggi dan lebih tegak. Batangnya cukup tebal dan berkayu seiring bertambahnya usia, dan seringkali memiliki tampilan yang lebih "berkayu" di bagian bawah. Ketika daun tua gugur, bekas batang seringkali terlihat jelas.
Sebaliknya, Aglaonema (Sri Rejeki) umumnya memiliki pertumbuhan yang lebih kompak dan cenderung menyebar ke samping atau tumbuh lebih rendah. Batangnya jarang terlihat menonjol kecuali pada varietas yang sudah sangat tua, karena daun-daunnya cenderung menutupi pangkal tanaman dengan lebih rapat. Aglaonema juga dikenal memiliki batang yang lebih lunak dibandingkan Dieffenbachia.
2. Pola dan Tekstur Daun
Ini adalah pembeda visual paling jelas. Daun Dieffenbachia terkenal dengan corak bercak putih, krem, atau kuning yang sangat mencolok di atas dasar hijau. Corak ini seringkali tersebar luas dan dominan. Permukaan daunnya cenderung lebih halus dan mengkilap.
Sementara itu, Aglaonema menawarkan variasi warna yang luar biasa—merah, merah muda, perak, hingga hijau gelap—namun polanya cenderung berupa batas tepi, urat daun yang berwarna kontras, atau sapuan warna yang lebih terstruktur. Aglaonema seringkali memiliki tekstur daun yang sedikit lebih tebal atau berlilin dibandingkan Dieffenbachia.
3. Bentuk Daun
Daun Dieffenbachia cenderung berbentuk lanset memanjang (lonjong dan runcing) dengan ujung yang seringkali sangat runcing. Bentuknya lebih fokus pada dimensi panjang.
Daun Aglaonema cenderung lebih oval atau elips dengan ujung yang lebih tumpul atau bulat. Beberapa kultivar memiliki daun yang lebih bulat seperti hati.
Perbandingan dalam Tabel Ringkas
Untuk memudahkan identifikasi, berikut adalah perbandingan langsung antara kedua genus populer ini:
| Karakteristik | Aglaonema (Sri Rejeki) | Dieffenbachia (Dumb Cane) |
|---|---|---|
| Tipe Pertumbuhan | Kompak, cenderung menyebar, lebih rendah. | Tegak, cenderung tumbuh tinggi, batang menonjol. |
| Dominasi Warna Daun | Pola urat, tepi, atau sapuan warna (merah, pink, perak). | Bercak putih/krem besar dan dominan di seluruh permukaan. |
| Bentuk Ujung Daun | Cenderung lebih tumpul atau elips. | Cenderung lebih runcing memanjang. |
| Ketahanan Tanaman | Umumnya lebih toleran terhadap cahaya redup (kultivar tertentu). | Membutuhkan cahaya sedikit lebih terang untuk menjaga corak. |
Toksisitas: Hal Penting yang Harus Diperhatikan
Baik Aglaonema maupun Dieffenbachia mengandung kristal kalsium oksalat (raphides) yang beracun. Namun, tingkat toksisitas Dieffenbachia sering dianggap lebih tinggi dan efeknya lebih cepat terasa jika tertelan atau digigit.
Kesimpulan
Meskipun keduanya adalah pilihan fantastis untuk memperindah interior rumah dengan daunnya yang eksotis, perbedaan utama terletak pada struktur pertumbuhannya (kompak vs. tegak tinggi) dan pola corak daunnya (terstruktur vs. bercak besar). Dengan mengamati batang dan dominasi warna pada daun, Anda dapat dengan mudah membedakan Aglaonema dari Dieffenbachia, memastikan Anda memberikan perawatan yang tepat sesuai kebutuhan masing-masing spesies.