Dalam dunia peternakan babi, kesehatan ternak adalah prioritas utama untuk memastikan produktivitas yang optimal. Salah satu indikasi adanya masalah kesehatan yang sering ditemui adalah ketika babi muntah. Perilaku muntah pada babi, meskipun tidak seumum pada hewan lain seperti anjing atau kucing, merupakan tanda klinis yang tidak boleh diabaikan karena bisa mengarah pada dehidrasi, malnutrisi, hingga penyakit serius.
Tidak seperti hewan ruminansia, sistem pencernaan babi dirancang sedemikian rupa sehingga kemampuan mereka untuk memuntahkan makanan sangat terbatas. Namun, ketika terjadi muntah, ini hampir selalu merupakan respons terhadap iritasi parah di saluran pencernaan bagian atas atau gangguan sistemik yang signifikan. Berikut adalah beberapa penyebab babi muntah yang paling umum:
Pakan adalah faktor paling sering terkait. Jika babi mengonsumsi pakan yang sudah basi, terkontaminasi jamur (mikotoksin), atau mengandung bahan kimia berbahaya, sistem pencernaan akan bereaksi keras. Keracunan akibat obat-obatan tertentu atau akumulasi garam berlebih (toksikosis) juga dapat memicu refleks muntah sebagai upaya tubuh mengeluarkan racun.
Penyakit yang menyerang saluran pencernaan dapat menyebabkan iritasi hebat. Beberapa patogen seperti virus atau bakteri tertentu dapat menyebabkan gastroenteritis (radang lambung dan usus). Walaupun muntah bukan gejala utama pada semua penyakit babi, infeksi parah sering kali disertai gejala sekunder termasuk muntah, diare, dan demam.
Adanya benda asing yang tertelan atau penyumbatan parsial di kerongkongan atau bagian atas lambung dapat menyebabkan tekanan yang akhirnya memicu muntah. Iritasi asam lambung berlebih juga dapat menjadi pemicu, sering terjadi pada babi yang mengalami stres atau perubahan pola makan drastis.
Muntah kadang kala merupakan gejala sekunder dari kondisi yang mempengaruhi seluruh tubuh, bukan hanya lambung. Contohnya adalah infeksi bakteri sistemik yang parah atau kondisi ketosis pada induk babi yang sedang menyusui atau hamil tua. Ketika metabolisme tubuh terganggu, efeknya bisa terasa hingga ke saluran pencernaan.
Jika Anda mendapati babi muntah, hal pertama yang harus diwaspadai adalah risiko dehidrasi. Babi kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui muntah. Jika episode muntah berlangsung lama atau berulang, kondisi babi akan cepat melemah.
Dampak lain meliputi:
Tindakan segera sangat penting untuk memulihkan kondisi babi. Jika babi mulai menunjukkan tanda-tanda muntah atau sudah mulai muntah, lakukan langkah-langkah berikut:
Pisahkan babi yang sakit dari kelompok sehat untuk mencegah penyebaran potensi penyakit menular dan memudahkan pemantauan. Amati frekuensi muntah, apa yang dimuntahkan (makanan utuh, cairan, atau hanya buih), dan perhatikan gejala penyerta lain seperti diare atau depresi.
Hentikan pemberian pakan padat selama beberapa jam (sekitar 4-6 jam) untuk memberikan kesempatan lambung beristirahat. Setelah periode istirahat, berikan pakan dalam jumlah sangat sedikit dan mudah dicerna, seperti sedikit dedak halus atau rumput muda yang bersih.
Dehidrasi adalah ancaman terbesar. Pastikan akses air minum bersih tidak terhalang. Jika muntah parah, pertimbangkan pemberian larutan elektrolit oral yang sesuai dosisnya untuk menggantikan mineral yang hilang.
Karena kemampuan babi untuk muntah adalah indikator masalah serius, konsultasi dengan dokter hewan sangat dianjurkan. Dokter hewan dapat mendiagnosis penyebab babi muntah secara akurat, apakah karena keracunan, infeksi, atau masalah mekanis, dan memberikan terapi yang tepat, seperti antibiotik jika dicurigai infeksi bakteri, atau obat anti-emetik.
Langkah terbaik adalah mencegah kejadian ini. Pastikan kualitas pakan selalu terjamin, simpan pakan jauh dari kontaminasi, dan hindari perubahan pakan secara tiba-tiba. Jaga kebersihan kandang untuk meminimalkan paparan terhadap agen penyakit. Pemantauan rutin terhadap perilaku ternak akan membantu mendeteksi masalah sebelum menjadi parah.