Mengajukan pinjaman seringkali terasa penuh harapan. Namun, tidak jarang nasabah harus menelan pil pahit ketika permohonan mereka ditolak atau tidak di ACC oleh pihak pemberi pinjaman, baik itu bank konvensional maupun lembaga keuangan digital (fintech).
Keputusan penolakan ini bukan tanpa alasan. Lembaga keuangan memiliki prosedur ketat untuk memitigasi risiko kredit. Memahami penyebab pinjaman tidak di ACC adalah langkah krusial sebelum Anda mengajukan permohonan berikutnya. Berikut adalah beberapa faktor dominan yang sering menjadi penghalang persetujuan pinjaman.
Ini adalah penyebab nomor satu. Di Indonesia, lembaga keuangan sering merujuk pada Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK untuk memeriksa rekam jejak kredit Anda. Jika Anda memiliki riwayat tunggakan pembayaran, cicilan yang selalu terlambat, atau bahkan gagal bayar (galbay) pada pinjaman sebelumnya, bank akan menganggap Anda sebagai peminjam berisiko tinggi.
Lembaga pemberi pinjaman sangat memperhatikan seberapa besar porsi pendapatan bulanan Anda yang sudah dialokasikan untuk membayar utang yang ada. Umumnya, rasio utang bulanan terhadap penghasilan tidak boleh melebihi 30% hingga 40%.
Jika penghasilan Anda Rp10 juta per bulan, dan cicilan utang yang sudah berjalan (termasuk cicilan baru yang diajukan) mencapai Rp5 juta, maka DTI Anda adalah 50%. Ini dianggap terlalu berat, sehingga bank menolak permohonan baru karena khawatir Anda tidak sanggup membayar.
Kecukupan dan kestabilan penghasilan adalah pilar utama kelayakan kredit. Jika Anda seorang pekerja lepas (freelancer) atau wiraswasta, bank mungkin kesulitan memverifikasi arus kas Anda. Persyaratan minimum pendapatan seringkali ditetapkan, dan jika penghasilan Anda di bawah batas tersebut, pinjaman pasti tidak akan disetujui.
Proses verifikasi akan terhambat jika dokumen yang Anda lampirkan tidak lengkap atau ditemukan ketidaksesuaian data. Ini termasuk:
Dalam beberapa kasus, ketidakjujuran dalam memberikan informasi juga dapat menyebabkan penolakan otomatis.
Bank sering melakukan verifikasi via telepon atau kunjungan (untuk pinjaman besar seperti KPR). Jika nomor telepon rumah atau ponsel yang Anda cantumkan tidak aktif, atau rekan kerja/referensi yang Anda berikan tidak dapat mengonfirmasi keberadaan atau posisi Anda, ini menimbulkan keraguan besar tentang kredibilitas Anda sebagai peminjam.
Beberapa produk pinjaman memiliki batasan usia minimum dan maksimum. Selain itu, status kepegawaian juga diperhatikan. Peminjam dengan status karyawan tetap (permanen) umumnya lebih disukai daripada karyawan kontrak atau yang baru bekerja kurang dari enam bulan, karena dianggap memiliki stabilitas kerja yang lebih baik.
Ketika Anda mengajukan pinjaman ke banyak tempat dalam waktu singkat (sering disebut "shopping for loans"), sistem pencatatan kredit akan melihat ini sebagai sinyal bahaya. Hal ini mengindikasikan bahwa Anda sedang dalam tekanan finansial akut dan sangat membutuhkan dana segera, yang meningkatkan kemungkinan Anda gagal bayar.
Untuk meningkatkan peluang pinjaman Anda di ACC di masa depan, fokuslah pada perbaikan catatan kredit, pengelolaan utang yang lebih bijak, dan pastikan semua informasi yang Anda berikan kepada lembaga keuangan adalah akurat dan terverifikasi.