Ilustrasi kekuatan spiritual keesaan Allah.
Dalam banyak kisah petualangan, harta karun diartikan sebagai emas, perhiasan, atau kekayaan materi yang tersembunyi. Namun, bagi seorang Muslim, harta karun sejati jauh lebih bernilai. Harta karun terbesar adalah kedekatan dengan Allah SWT, ketenangan hati, rezeki yang berkah, dan keberuntungan dalam urusan dunia maupun akhirat. Konsep menarik harta karun spiritual ini tidak didasarkan pada sihir atau mitos, melainkan pada kekuatan ibadah dan penegasan tauhid yang terkandung dalam Al-Qur'an.
Di antara sekian banyak surat pendek dalam Al-Qur'an, Surat Al-Ikhlas (Surah ke-112) memegang kedudukan yang sangat istimewa. Rasulullah SAW bersabda bahwa surat ini setara dengan sepertiga Al-Qur'an karena kandungan intinya yang memuat pengesaan Allah secara murni (tauhid). Ketika kita membaca dan merenungkan maknanya dengan penuh penghayatan, kita sedang membuka kunci spiritual untuk menarik rahmat dan rezeki dari sumber segala kekayaan.
Surat Al-Ikhlas terdiri dari empat ayat singkat namun padat makna:
Qul Huwallahu Ahad
Allahu Samad
Lam Yalid Wa Lam Yuulad
Wa Lam Yakullahu Kufuwan Ahad
Bagaimana ayat-ayat ini berhubungan dengan menarik keberuntungan dan harta karun? Jawabannya terletak pada penegasan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya sumber pertolongan, pemelihara, dan pemberi rezeki yang Maha Kaya (As-Samad).
Menarik harta karun bukan sekadar membaca tanpa arti. Ini adalah sinkronisasi antara lisan, hati, dan tindakan. Beberapa ulama menganjurkan pembacaan Surat Al-Ikhlas dalam jumlah tertentu sebagai bagian dari wirid harian, terutama ketika sedang menghadapi kesulitan finansial atau menginginkan kelancaran rezeki:
Ketika seseorang mengamalkan surat ini dengan keyakinan penuh bahwa Allah adalah Al-Mughni (Maha Pemberi Kekayaan) dan As-Samad (Yang Maha Dibutuhkan), maka yang ditarik bukanlah sekadar uang, melainkan keberkahan yang membuat sedikit harta terasa cukup, dan kesulitan terasa ringan. Inilah harta karun hakiki yang dijanjikan oleh keikhlasan dalam pengakuan tauhid.