Ilustrasi: Proses adopsi kata dari bahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia.
Dalam studi linguistik dan tata bahasa Indonesia, kita sering mendengar istilah kata serapan adalah fenomena yang sangat umum terjadi. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa yang hidup dan dinamis, terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi, serta interaksi budaya dengan bangsa lain. Perkembangan ini tidak terlepas dari proses peminjaman kosakata dari bahasa lain, yang kemudian kita kenal sebagai kata serapan.
Secara harfiah, serapan berarti proses menyerap atau mengambil sesuatu. Maka, kata serapan adalah kosakata yang diambil dari bahasa asing—baik secara lisan maupun tulisan—dan kemudian diintegrasikan ke dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia. Proses ini dilakukan untuk mengisi kekosongan kosakata yang belum ada padanannya dalam bahasa asli, atau untuk mengikuti perkembangan konsep baru, khususnya di bidang ilmiah dan teknologi.
Menurut kaidah kebahasaan, kata serapan tidak selalu harus diadaptasi secara total. Ada beberapa tingkatan dalam proses penyerapan ini. Beberapa kata diserap utuh tanpa perubahan ejaan (misalnya: selfie, internet), sementara yang lain mengalami perubahan ejaan agar lebih sesuai dengan fonologi (bunyi) dan morfologi (bentuk kata) Bahasa Indonesia. Adaptasi ini penting agar kata tersebut terasa ‘Indonesia’ dan mudah diucapkan oleh penutur asli.
Penyebab utama mengapa sebuah bahasa memerlukan kata serapan adalah kebutuhan untuk mengomunikasikan ide-ide baru yang belum terwakilkan. Bayangkan era digital. Istilah seperti ‘komputer’, ‘software’, atau ‘email’ tidak mungkin muncul begitu saja dalam perbendaharaan kata kuno Nusantara. Karena interaksi global, terutama melalui teknologi dan perdagangan, Bahasa Indonesia harus beradaptasi agar tetap relevan dan fungsional dalam menjelaskan konsep modern.
Selain mengisi kekosongan, kata serapan juga berfungsi untuk:
Secara historis, Bahasa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam menyerap kata dari berbagai bahasa. Sumber penyerapan ini biasanya mencerminkan jejak sejarah dan interaksi budaya suatu daerah. Sumber utama kata serapan dalam Bahasa Indonesia meliputi:
Tidak semua kata serapan langsung diterima dengan bentuk aslinya. Adaptasi adalah kunci agar kata tersebut bisa menyatu dengan kaidah EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) atau PUEBI saat ini. Proses adaptasi terjadi dalam tiga kategori utama:
Kata diserap tanpa perubahan ejaan sama sekali. Ini sering terjadi pada istilah modern yang sangat baru dan unik.
Ini adalah kategori paling umum, di mana bunyi atau ejaan disesuaikan dengan fonologi Bahasa Indonesia. Misalnya, ‘ph’ menjadi ‘f’, ‘c’ menjadi ‘s’, atau ‘qu’ menjadi ‘k’.
Selain ejaan, bentuk kata juga diubah, terkadang dengan penambahan imbuhan agar lebih sesuai dengan struktur kata dalam Bahasa Indonesia.
Memahami bahwa kata serapan adalah bagian integral dari evolusi bahasa membantu kita menghargai kekayaan dan fleksibilitas Bahasa Indonesia. Daripada menganggapnya sebagai "pengotoran", para ahli bahasa melihatnya sebagai bukti adaptabilitas bahasa dalam menghadapi tantangan global dan kemajuan zaman.