"Dan demikianlah Kami bangunkan mereka (dari tidurnya), agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: 'Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?' Mereka menjawab: 'Kita telah berada (di sini) sehari atau setengah hari.' Berkata yang lain: 'Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada di sini. Maka, utuslah salah seorang di antara kamu dengan uang perakmu ini ke kota, dan hendaklah dia melihat manakah makanan yang paling baik, lalu biarlah ia membawa sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut dan jangan sampai ada seorang pun yang menyadari keberadaanmu.'"
Konteks Pemulihan Keadaan (Kahfi Ayat 19)
Ayat ke-19 dari Surah Al-Kahfi merupakan titik balik penting dalam kisah Ashabul Kahfi (Pemuda Gua). Setelah Allah SWT menidurkan mereka selama ratusan tahun sebagai perlindungan dari kekejaman raja zalim, mereka dibangunkan kembali. Tindakan pembangkitan ini bukanlah akhir dari mukjizat, melainkan awal dari fase baru di mana realitas waktu yang telah terlewati harus dihadapkan.
Ketika mata mereka terbuka, kesadaran akan waktu yang telah berlalu sangat samar. Mereka saling bertanya, dan jawaban yang muncul ("sehari atau setengah hari") menunjukkan betapa dalamnya tidur tersebut, yang hampir membuat mereka mengira bahwa peristiwa tersebut baru terjadi beberapa jam yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman manusiawi mereka mengenai waktu telah diintervensi secara ilahiah. Rasa lapar dan kebutuhan fisik kemudian mendorong mereka untuk mengambil tindakan nyata di luar gua.
Perintah Nabi dan Kehati-hatian Ekstrem
Tafsir ayat ini secara jelas menggarisbawahi tiga instruksi krusial dari salah seorang di antara mereka, yang mungkin memiliki intuisi lebih kuat atau ditunjuk sebagai juru bicara:
Pembuktian Waktu Lewat: Mereka diperintahkan untuk mengutus salah satu dari mereka membawa uang perak yang mereka miliki. Uang tersebut harus dibawa ke kota untuk melihat kualitas makanan dan, secara implisit, untuk menguji apakah nilai mata uang mereka masih berlaku. Ini adalah uji coba pertama mereka terhadap perubahan zaman.
Mencari Makanan Terbaik (Azka): Permintaan untuk mencari makanan yang 'azka' (paling murni atau paling baik) menunjukkan bahwa meskipun mereka berada dalam tekanan, prinsip kehati-hatian dan kesucian rezeki tetap dijaga. Ini adalah pelajaran etika bisnis dan konsumsi yang diajarkan bahkan dalam kondisi darurat.
Kerja Sama dan Kerahasiaan (Walyatalaṭṭaf): Instruksi terpenting adalah untuk berlaku "lemah lembut" (*walyatalaṭṭaf*) dan memastikan bahwa "tidak ada seorang pun yang menyadari keberadaan mereka" (*walā yush'iranna bikum aḥadā*). Perintah kerahasiaan ini sangat vital. Mereka harus bersembunyi karena dunia luar telah berubah total, dan keberadaan mereka yang tampak seperti orang tidur lama bisa menimbulkan kekacauan atau penganiayaan baru.
Implikasi Spiritual dari Tidur dan Bangun
Kisah tidur Ashabul Kahfi sering dijadikan metafora bagi kebangkitan spiritual. Ayat 19 ini mengajarkan bahwa setiap "tidur" panjang dalam ketaatan (atau ketika umat tertidur dari kebenaran) pasti akan diiringi oleh "kebangkitan" yang menuntut adaptasi. Ketika kita "dibangunkan," kita harus siap menghadapi realitas baru dan bertindak dengan bijaksana.
Kehati-hatian yang diperintahkan—kemampuan untuk berbaur tanpa menarik perhatian—adalah pelajaran tentang hikmah dalam berinteraksi dengan lingkungan yang mungkin belum siap menerima kebenaran baru, atau lingkungan yang secara historis telah menjadi musuh kebenaran tersebut. Pemuda gua tidak boleh gegabah; mereka harus bergerak dengan perencanaan matang dan kerahasiaan total. Ayat ini menegaskan bahwa keberhasilan perjuangan tauhid tidak hanya terletak pada keberanian menghadapi musuh, tetapi juga pada kecerdasan dalam melakukan manuver di tengah masyarakat yang telah bergeser. Kepercayaan kepada Allah SWT dibuktikan melalui tindakan ikhtiar yang penuh strategi.
Mereka telah selamat dari ancaman fisik melalui tidur yang dianugerahkan Allah, kini mereka harus selamat dari ancaman sosial melalui kebijaksanaan dan kerahasiaan. Ayatan ini membuka jalan bagi penemuan fakta bahwa ratusan tahun telah berlalu, sebuah realitas yang akan mengguncang pemahaman mereka sepenuhnya di ayat-ayat berikutnya.