Ilustrasi Waktu Salat Dhuha
Salat Dhuha adalah salah satu amalan sunnah muakkad (sangat dianjurkan) yang memiliki keutamaan luar biasa. Waktu pelaksanaannya dimulai ketika matahari telah terbit meninggi, yakni setelah terbitnya matahari hingga menjelang waktu Zuhur. Keistimewaan salat ini seringkali dikaitkan dengan rezeki dan keberkahan hidup, menjadikannya sarana spiritual yang efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT seraya memohon kelancaran urusan duniawi.
Ketika melaksanakan salat Dhuha, dianjurkan bagi seorang Muslim untuk membaca surat-surat pendek setelah membaca surat Al-Fatihah. Meskipun tidak ada aturan baku yang mewajibkan surat tertentu, membaca Surat Ad-Dhuha (Surat ke-93 dalam Al-Qur'an) seringkali dilakukan oleh banyak ulama dan jamaah. Hal ini didasarkan pada kecocokan makna surat tersebut dengan konteks waktu dan tujuan salat Dhuha itu sendiri.
Surat Ad-Dhuha turun sebagai penghibur bagi Rasulullah SAW ketika beliau merasa terputus dari wahyu untuk sementara waktu. Surat ini menegaskan janji Allah bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan dan membenci Rasul-Nya. Dalam konteks salat Dhuha, membaca surat ini seakan-akan menjadi penegasan kembali atas rahmat dan kasih sayang Allah yang senantiasa meliputi hamba-Nya, bahkan ketika mereka berada dalam kesibukan pagi hari.
وَالضُّحَى
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَى
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَى
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيماً فَآوَى
وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى
وَوَجَدَكَ عَائِلاً فَأَغْنَى
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Wadh-dhuha
Wallayli itha saja
Ma wadda'aka rabbuka wama qala
Wal-akhiratu khayrun laka minal-ula
Walawfa yu'tika rabbuka fatardha
Alam yajidka yateeman fa'awa
Wawajadaka daallan fahada
Wawajadaka 'aailan fa'aghna
Fa'ammal yateema fala taqhar
Wamma as-sa'ila fala tanhar
Wamma bini'mati rabbika fahaddith
Demi waktu dhuha (ketika matahari naik)
Dan demi malam apabila telah sunyi,
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) murka,
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu dari yang pertama.
Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga kamu menjadi puas.
Bukankah Dia mendapatimu seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk?
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.
Dan terhadap orang yang meminta janganlah engkau menghardik.
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (kepada orang lain).
Salat Dhuha sering disebut sebagai "salat pembuka rezeki." Meskipun keutamaan utamanya adalah mendekatkan diri pada Allah dan mendapatkan pahala, banyak hadis yang mengaitkan pelaksanaan salat ini dengan kelancaran urusan duniawi dan rezeki yang melimpah. Hal ini bukan berarti salat Dhuha adalah jaminan instan untuk menjadi kaya raya, melainkan manifestasi dari kepercayaan bahwa ketaatan akan dibalas dengan kemudahan dalam mencari penghidupan yang halal.
Salah satu hadis Qudsi menyebutkan bahwa Allah berfirman, "Wahai anak Adam, janganlah engkau malas melaksanakan empat rakaat di awal harimu (salat Dhuha), karena Aku akan mencukupimu (memberikan rezeki) pada sisa harimu itu." Hadis ini memberikan motivasi kuat untuk menjaga konsistensi salat Dhuha, terutama bagi mereka yang memulai aktivitas pagi dengan semangat mencari nafkah.
Selain aspek rezeki, salat Dhuha juga menghapus dosa. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang menjaga salat Dhuha, niscaya diampuni dosanya meskipun dosanya sebanyak buih di lautan." Menjaga salat sunnah seperti Dhuha menunjukkan kesungguhan seorang hamba dalam membersihkan diri secara spiritual sepanjang hari.
Waktu terbaik salat Dhuha adalah ketika matahari telah naik sekitar seperempat ketinggiannya. Secara umum, ini berarti sekitar 20-30 menit setelah matahari terbit penuh. Batas akhir pelaksanaannya adalah tepat sebelum waktu salat Zuhur tiba.
Jumlah rakaat salat Dhuha bervariasi, minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat. Paling sedikit dua rakaat, empat rakaat, enam rakaat, delapan rakaat, hingga paling banyak dua belas rakaat. Pelaksanaan dilakukan secara dua rakaat salam. Konsistensi lebih diutamakan daripada kuantitas, misalnya rutin dua rakaat setiap hari jauh lebih baik daripada empat rakaat sesekali.
Menggabungkan keutamaan waktu Dhuha, makna penghiburan dari Surat Ad-Dhuha, serta komitmen melaksanakan salatnya, seorang Muslim dapat membangun pagi yang penuh berkah. Surat Ad-Dhuha mengingatkan kita bahwa kesulitan sesaat (seperti tertundanya wahyu atau kesulitan di awal hari) pasti akan diikuti dengan kemudahan dan janji kebahagiaan dari Allah SWT, sebagaimana janji-Nya kepada Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, menjadikan salat Dhuha dan pembacaan Surat Ad-Dhuha sebagai rutinitas harian adalah investasi spiritual yang sangat berharga, membawa ketenangan hati, keberkahan rezeki, dan penghapusan dosa.