Sholat Dhuha merupakan salah satu ibadah sunnah muakkad (sangat dianjurkan) yang memiliki keutamaan luar biasa. Waktu pelaksanaannya dimulai ketika matahari telah naik kurang lebih seukuran tombak (sekitar 20 menit setelah terbit fajar) hingga sesaat sebelum waktu sholat Dzuhur.
Memahami ad duha terjemahan dari dalil-dalil yang berkaitan dengan sholat ini akan memperkuat keyakinan dan motivasi kita untuk melaksanakannya secara rutin.
Meskipun tata cara sholat Dhuha sama dengan sholat sunnah lainnya (dua rakaat sekali salam, minimal dua rakaat, maksimal dua belas rakaat), doa setelah sholat Dhuha memiliki lafadz khusus yang penuh makna pengabdian dan permohonan rezeki.
Mengapa sholat yang singkat ini begitu ditekankan dalam Islam? Keutamaannya sering dikaitkan dengan ganjaran yang setara dengan sedekah dan ampunan dosa.
Dari Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Setiap pagi, sedekah itu ada pada setiap ruas tulang dari salah seorang dari kalian. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, mengajak kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah. Dan semua itu dapat dicukupi dengan mengerjakan sholat Dhuha dua rakaat." (HR. Muslim)
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"Barangsiapa yang menjaga shalat Dhuha, niscaya diampuni dosanya meskipun dosanya itu sebanyak buih lautan." (HR. Tirmidzi)
Hadis Qudsi (dalam konteks lain) menunjukkan bahwa Allah berfirman, "Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali engkau merasa lemah untuk mengerjakan empat rakaat di awal harimu (Dhuha), nanti Aku akan mencukupi kebutuhanmu (rezekimu) pada sisa harimu itu."
Memahami ad duha terjemahan dari waktu pelaksanaan sangat penting agar sholat ini sah dilakukan pada waktunya:
Jumlah rakaat yang ideal adalah empat rakaat, meskipun dua rakaat sudah mencukupi untuk mendapatkan fadilahnya. Melakukannya secara konsisten adalah kunci utama untuk meraih manfaat janji-janji yang disebutkan dalam hadis.