Dalam mushaf Al-Qur'an, terutama pada akhir Surah Al-Fatihah, terdapat lafal yang sering menjadi titik fokus bagi para pembaca, yaitu kalimat "وَلَا الضَّالِّينَ" (waladdḍāllīn). Lafal ini bukan sekadar urutan huruf, melainkan sebuah kesatuan yang di dalamnya terkandung beberapa hukum tajwid krusial. Menguasai waladdollin tajwidnya adalah kunci untuk membaca surah pembuka ini dengan benar, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Kesalahan pengucapan pada bagian ini, meskipun kecil, dapat mengubah makna ayat secara signifikan.
Fokus utama pada kata "Waladdollin" terletak pada bagaimana huruf Ḍād (ض) dan Alif (ا) serta Lam (ل) diucapkan. Kesalahan umum sering terjadi pada panjang bacaan (madd) dan peleburan huruf (idgham). Artikel ini akan membedah setiap elemen tajwid yang membentuk pengucapan yang shahih dari lafal tersebut.
1. Analisis Hukum Bacaan pada Kata Waladdollin
Mari kita bedah kata tersebut per suku kata dan huruf sesuai kaidah ilmu tajwid:
Waw dan Lam Pertama (وَ لْ): Ini adalah huruf biasa tanpa hukum khusus yang signifikan terkait panjang bacaan atau dengung, namun wajib diucapkan secara jelas (jelas artikulasinya).
Idgham Syamsi atau Alif Lam Qamariyah: Huruf Ḍād yang diawali dengan Alif dan Lam (الضَّالِّينَ) adalah contoh dari Alif Lam Syamsiyah, di mana Lam (ل) dileburkan dan ditasydidkan ke huruf Ḍād (ض) yang mengikutinya. Oleh karena itu, pengucapannya menjadi "Lad-dḍāllīn".
Tasydid pada Ḍād (ضَّ): Huruf Ḍād di sini bertasydid. Ini berarti huruf tersebut harus dibaca dengan penekanan dan vibrasi (ghunnah minor) karena merupakan huruf isti'la (tebal).
Hukum Madd: Setelah Ḍād bertasydid, terdapat Alif sukun (ا) yang didahului harakat fathah pada huruf sebelumnya (yang sudah bertasydid). Ini menghasilkan hukum bacaan Madd Lazim Muttaashil (atau Madd Wajib Muttasil jika dilihat konteks kalimat sebelumnya yang menyambung, namun dalam konteks ini, fokus pada Madd yang mengikutinya). Namun, yang lebih jelas adalah Madd Thobi'i yang diperpanjang karena bertemu Alif. Dalam riwayat Hafs 'an 'Ashim yang populer, panjang bacaan pada Alif setelah Ḍād ini dibaca dua harakat atau empat harakat tergantung variasi qira'at, namun paling umum adalah dua harakat.
Lam Kedua dan Nun (لِّيْنَ): Huruf Lam kedua dibaca panjang (madd) dan diakhiri dengan Nun berbaris kasrah diikuti Alif kecil (atau Nun berbaris fathah jika mengikuti riwayat tertentu), yang pada akhirnya menghasilkan nun mati (tanpa harakat) yang dibaca dengan jelas saat bertemu akhir ayat (Waqaf), menjadi "Līnn" dengan penekanan pada bunyi 'Lii'.
2. Pentingnya Membedakan Antara Yang Tepat dan Yang Salah
Perbedaan utama antara pembacaan yang benar dan yang salah seringkali terletak pada dua hal:
Idgham (Peleburan): Membaca tanpa meleburkan Lam ke Ḍād (misalnya: Wal-aḍ-ḍālīn) adalah kesalahan fatal karena menghilangkan satu huruf dan mengubah struktur kalimat. Lafal yang benar adalah 'Wa-l-ḍḍālīn' (Lam bertemu Ḍād dilebur).
Panjang Bacaan (Madd): Memendekkan Alif setelah Ḍād (membaca seperti dua harakat pendek) atau justru memanjangkannya melebihi batas qira'at yang shahih dapat mengubah makna. Kekeliruan dalam Madd seringkali menjadi penentu kualitas tajwid seseorang.
Dalam konteks bahasa Arab, Ḍād (ض) adalah huruf yang unik, bahkan sering disebut sebagai "huruf terberat" dalam pengucapannya, yang mewakili salah satu keistimewaan Al-Qur'an. Para ulama terdahulu bahkan mengaitkan kata ini dengan keistimewaan tersendiri. Oleh karena itu, ketelitian dalam melafalkan waladdollin tajwidnya bukan sekadar formalitas, tetapi bentuk penghormatan terhadap kalamullah.
3. Tips Praktis untuk Penyempurnaan
Untuk memastikan Anda mengucapkan waladdollin dengan tepat, praktikkan langkah-langkah berikut:
Dengarkan Qari Ternama: Dengarkan rekaman bacaan Surah Al-Fatihah dari qari yang memiliki sanad sahih (seperti Syaikh Al-Husari atau Syaikh Sudais). Fokuskan telinga Anda pada transisi dari "Wal" ke "Ḍḍāl".
Latihan Bertahap: Ucapkan bagian tersebut perlahan-lahan. Ulangi "La-ḍḍā... La-ḍḍā... La-ḍḍālīn." Pastikan tasydid pada Ḍād terasa kuat.
Perhatikan Posisi Lidah: Untuk huruf Ḍād, pastikan sisi lidah (atau sebagian besar tepi lidah) menyentuh geraham atas, sementara bagian lain lidah tetap rileks.
Manfaatkan Guru/Ustadz: Cara terbaik adalah menunjukkan bacaan Anda secara langsung kepada guru tajwid yang kompeten untuk koreksi yang bersifat personal.
Dengan pemahaman yang baik mengenai kaidah Idgham dan panjang bacaan (Madd) pada lafal "Waladdollin", pembacaan Surah Al-Fatihah akan menjadi lebih sempurna dan sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid. Penguasaan hukum bacaan ini adalah pintu gerbang menuju keindahan tartil Al-Qur'an secara keseluruhan.