Kisah Turunnya Surah Al-Fatihah

Wahyu Al-Fatihah

Ilustrasi Turunnya Wahyu Agung

Kedudukan Agung Al-Fatihah

Surah Al-Fatihah, yang berarti "Pembukaan", menempati posisi yang sangat istimewa dalam Islam. Ia adalah surah pertama dalam urutan mushaf Al-Qur'an dan merupakan inti dari setiap rakaat salat wajib maupun sunah. Keagungannya tidak hanya terletak pada urutan penempatannya, tetapi juga pada kandungan maknanya yang mencakup tauhid, pujian kepada Allah SWT, pengakuan akan hari pembalasan, permohonan petunjuk, dan penegasan bahwa ibadah hanya ditujukan kepada-Nya. Ulama sepakat bahwa surah ini adalah salah satu pilar utama dalam syariat Islam.

Konteks Turunnya Wahyu

Mengenai waktu dan sebab turunnya Al-Fatihah, terdapat beberapa riwayat yang memperkuat keutamaannya. Mayoritas ulama meyakini bahwa Al-Fatihah adalah wahyu yang diturunkan secara utuh di Makkah, menjadikannya termasuk golongan surah Makkiyah. Namun, yang paling menonjol dalam pembahasan seputar turunnya Al-Fatihah adalah kaitannya dengan peristiwa Isra' Mi'raj. Peristiwa ini merupakan perjalanan agung Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, kemudian naik ke Sidratul Muntaha.

Disebutkan bahwa perintah salat lima waktu difardhukan langsung oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW pada malam Isra' Mi'raj. Bersamaan dengan penetapan kewajiban salat inilah, Allah SWT menurunkan surah Al-Fatihah sebagai bacaan wajib di setiap unit salat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Fatihah bukanlah sekadar pelengkap, melainkan fondasi esensial dari ritual ibadah terpenting dalam Islam setelah syahadat.

Ummul Kitab dan Asbabun Nuzul Khusus

Al-Fatihah dikenal dengan banyak nama, di antaranya adalah Ummul Kitab (Induk Al-Kitab) dan Ummul Qur'an (Induk Al-Qur'an). Nama-nama ini menegaskan bahwa di dalamnya terkandung sari pati atau ringkasan dari seluruh ajaran yang ada dalam Al-Qur'an. Ayat-ayatnya memuat empat pokok keimanan: Rububiyyah (pengakuan Tuhan sebagai Penguasa), Uluhiyyah (pengakuan hanya Dia yang patut disembah), hari kebangkitan, dan doa memohon petunjuk jalan yang lurus (Shiratal Mustaqim).

Selain kaitannya dengan Isra' Mi'raj, beberapa tafsir juga mengaitkan turunnya ayat-ayat spesifik Al-Fatihah dengan konteks dialog antara Allah dengan Nabi Muhammad SAW. Ketika Nabi membaca ayat-ayat tersebut dalam salatnya, Allah SWT memberikan jawaban langsung atas setiap ayat, kecuali ayat tentang permohonan petunjuk, yang kemudian menjadi inti dari interaksi ilahiah tersebut. Misalnya, ketika Nabi membaca "Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin," Allah menjawab, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." Hal ini menunjukkan kedekatan dan kemuliaan ibadah melalui surah ini.

Fungsi dan Keutamaan dalam Salat

Turunnya Al-Fatihah sebagai bacaan wajib dalam salat menggarisbawahi pentingnya konsentrasi dan pemahaman penuh seorang Muslim saat menghadap Tuhannya. Salat tanpa Al-Fatihah dianggap tidak sah menurut mazhab Syafi'i dan Hambali, menunjukkan betapa krusial peran surah ini. Ia berfungsi sebagai 'kunci' pembuka komunikasi antara hamba dan Sang Pencipta. Setiap kalimatnya adalah pengakuan kerendahan hati dan ketergantungan total manusia kepada Allah SWT.

Keutamaan Al-Fatihah juga termanifestasi dalam hadis-hadis sahih yang menyebutkan bahwa surah ini adalah penawar penyakit, penangkal kegelisahan, dan sumber keberkahan. Bahkan, malaikat Jibril pernah diperintahkan untuk mengajarkan surah ini kepada Nabi Muhammad SAW sebagai jaminan bahwa tidak ada salat yang diterima di sisi Allah tanpa didahului oleh pembacaan surah agung ini. Dengan demikian, kisah turunnya Al-Fatihah adalah kisah tentang anugerah terbesar yang ditetapkan Allah bagi umat-Nya sebagai sarana utama menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

🏠 Homepage