Shalat Tarawih merupakan ibadah sunnah muakkadah yang sangat dianjurkan pelaksanaannya pada malam-malam bulan suci Ramadan. Pelaksanaan shalat ini memiliki kekhususan tersendiri dalam Islam, karena menjadi penanda dimulainya rangkaian ibadah di malam hari setelah shalat Isya. Organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, memiliki panduan dan tata cara pelaksanaan Tarawih yang didasarkan pada hadis sahih serta ijtihad para ulama.
Tuntunan Muhammadiyah menekankan pada ketaatan terhadap syariat, namun fleksibilitas dalam jumlah rakaat dan bacaan juga menjadi perhatian agar ibadah dapat dilaksanakan dengan khusyuk dan mudah diikuti oleh jamaah. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di antara berbagai mazhab mengenai jumlah rakaat yang utama, Muhammadiyah cenderung mengikuti pendapat yang mengacu pada praktik Rasulullah SAW dan para sahabat.
Salah satu poin utama yang sering menjadi sorotan adalah jumlah rakaat shalat Tarawih. Muhammadiyah menganjurkan pelaksanaan Tarawih sebanyak **delapan rakaat** yang dikerjakan dalam empat salam, dilanjutkan dengan shalat Witir tiga rakaat. Ini merupakan panduan yang seringkali merujuk pada hadis riwayat Aisyah RA, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menambah shalat malam melebihi sebelas rakaat (termasuk Witir) di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.
Namun, perlu dicatat bahwa Muhammadiyah juga mengakui adanya praktik Tarawih dengan jumlah rakaat yang lebih banyak, seperti dua puluh rakaat, yang juga memiliki dasar dalam praktik sahabat Nabi. Fleksibilitas ini diakui selama dilakukan dengan niat yang ikhlas. Inti dari tuntunan ini adalah menjaga kekhusyukan dan mengikuti apa yang paling sesuai dengan kemampuan jamaah.
Tata cara pelaksanaan shalat Tarawih Muhammadiyah pada dasarnya mengikuti rukun dan syarat sah shalat fardhu. Berikut adalah langkah-langkah yang umum dilakukan dalam setiap dua rakaat:
Setelah selesai empat salam (total 8 rakaat), dilanjutkan dengan shalat Witir tiga rakaat, yang umumnya dikerjakan dengan dua salam (2 rakaat pertama dan 1 rakaat terakhir).
Muhammadiyah menganjurkan agar shalat Tarawih diisi dengan kekhusyukan, baik ketika dilaksanakan sendiri di rumah maupun berjamaah di masjid. Selain shalatnya itu sendiri, ada beberapa amalan lain yang dianjurkan selama bulan Ramadan terkait malam hari:
Tuntunan ini bertujuan agar setiap muslim dapat memaksimalkan ibadah di bulan penuh berkah ini, menjadikannya momentum untuk meningkatkan kedekatan spiritual dengan Allah SWT. Konsistensi dalam melaksanakan sunnah Rasulullah SAW adalah kunci utama keberkahan ibadah Tarawih.