Dalam lembaran-lembaran Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memancarkan ketenangan dan harapan, terutama ketika kita dihadapkan pada kesulitan hidup. Salah satu surah yang sangat dikenal akan dampaknya dalam memberikan semangat adalah Surah Al-Insyirah (Asy-Syarh), yang berarti "Kelapangan". Surah ini diturunkan sebagai penghibur bagi Nabi Muhammad SAW di saat beliau mengalami tekanan batin.
Inti dari surah ini terletak pada pengulangan janji Allah SWT: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." Janji ini ditegaskan dalam empat ayat berikutnya, yang memuncak pada ayat kelima.
Ayat kelima ini, seringkali diulang dan direnungkan, adalah pilar utama dalam keyakinan seorang Muslim dalam menghadapi ujian. Pengulangan kata "Fainna" (Maka sesungguhnya) memberikan penekanan kuat bahwa janji ini bukanlah sekadar harapan kosong, melainkan kepastian ilahiah yang harus diyakini sepenuhnya.
Ilustrasi konsep bahwa kemudahan selalu menyertai kesulitan.
Mengapa Allah SWT mengulang janji kemudahan ini dua kali dalam ayat 5 dan 6? Para ulama menjelaskan bahwa ini adalah bentuk ta'kid (penegasan) yang luar biasa. Ketika kesulitan datang bertubi-tubi, akal dan emosi manusia cenderung mudah berputus asa. Oleh karena itu, Allah tidak cukup hanya menyebutkannya sekali; Dia menekankannya lagi untuk menenangkan hati Nabi Muhammad SAW dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Ayat ini mengajarkan kita tentang sifat dualitas dalam ujian kehidupan. Sebagaimana siang tidak mungkin ada tanpa malam, kemudahan tidak akan terasa manis tanpa adanya kesulitan yang mendahuluinya. Konsep ini bukan berarti setiap kesulitan hanya memiliki satu kemudahan yang menyertainya. Sebagian tafsir menyebutkan bahwa "al-'usr" (kesulitan) dalam Al-Qur'an menggunakan bentuk alif lam ma'rifah (definite article), mengacu pada kesulitan spesifik yang sedang dihadapi, sedangkan "yusr" (kemudahan) menggunakan bentuk tanwin (indefinite), menyiratkan bahwa kemudahan yang datang bisa berlipat ganda dan tidak terbatas jumlahnya.
Dalam konteks mobile web, di mana informasi sering dicerna secara cepat, penekanan pada Al-Insyirah ayat 5 menjadi sangat relevan. Banyak orang saat ini menghadapi "kesulitan digital"—stres kerja, tekanan sosial media, ketidakpastian ekonomi. Mengingat ayat ini berfungsi sebagai jangkar spiritual.
Ketika kita secara sadar mengucapkan atau merenungkan "Fainna ma'al 'usri yusrā," kita sedang melakukan tindakan iman aktif. Kita mengakui keterbatasan diri dan kepasrahan total kepada takdir Allah, sambil tetap mempertahankan ikhtiar (usaha).
Inilah inti dari tawakal yang sesungguhnya: Bekerja keras dalam kesulitan, namun hati tetap tenang karena mengetahui bahwa pertolongan Allah pasti akan datang, mungkin dalam bentuk yang tidak terduga. Kesulitan tersebut, pada hakikatnya, hanyalah proses pematangan yang harus dilewati untuk mencapai kelapangan dan kemudahan yang telah dijanjikan.
Oleh karena itu, merenungkan kembali Surat Al-Insyirah, khususnya ayat kelima ini, adalah praktik penting untuk menjaga kesehatan mental dan spiritual di tengah hiruk pikuk dunia modern. Janji ini abadi, sama seperti Al-Qur'an itu sendiri, memberikan harapan universal bagi setiap jiwa yang sedang berjuang.