Ilustrasi Keesaan Allah (Tauhid) One

Tuliskan Surah Al-Ikhlas dan Artinya Lengkap

Keutamaan Surah Al-Ikhlas

Surah Al-Ikhlas adalah salah satu surah terpendek dalam Al-Qur'an, namun memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Surah ini merupakan pondasi utama dalam memahami konsep Tauhid (Keesaan Allah SWT). Dinamakan Al-Ikhlas (memurnikan) karena isinya secara tegas dan murni menjelaskan tentang hakikat Dzat Allah yang Maha Esa, berbeda dengan segala ciptaan-Nya.

Keutamaan surah ini sangatlah besar. Rasulullah SAW bersabda bahwa membaca Surah Al-Ikhlas setara dengan membaca sepertiga Al-Qur'an. Hal ini menunjukkan betapa padatnya kandungan tauhid di dalamnya. Memahami dan merenungkan maknanya adalah bentuk ibadah yang paling mendasar bagi seorang Muslim. Surah ini berfungsi sebagai benteng akidah, menolak segala bentuk kesyirikan, penyekutuan, atau penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya.

Banyak riwayat menyebutkan bahwa surah ini diturunkan sebagai jawaban atas pertanyaan orang musyrik Quraisy yang menanyakan tentang nasab atau perbandingan Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad SAW. Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi untuk menjawabnya dengan surah yang ringkas namun padat ini, menegaskan keunikan dan ke-esaan-Nya tanpa batas.

Teks Arab dan Terjemahan Surah Al-Ikhlas

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ 1

Artinya: Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa (Ahad)."

اللَّهُ الصَّمَدُ 2

Artinya: "Allah adalah Ash-Shamad (Tempat bergantung segala sesuatu)."

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ 3

Artinya: "(Dia) tiada beranak dan tiada pula diperanakkan."

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 4

Artinya: "Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia."

Penjelasan Mendalam Setiap Ayat

Ayat 1: Penegasan Keesaan (Ahad)

Kalimat "Qul Huwallahu Ahad" adalah inti dari tauhid. Allah SWT itu tunggal, tidak ada yang menyertai-Nya dalam keilahian-Nya. Kata 'Ahad' (Satu) menegaskan keunikan mutlak, berbeda dengan kata 'Wahid' yang bisa berarti satu namun masih bisa memiliki bagian-bagian yang membentuknya. Allah adalah satu secara hakiki, tidak terbagi, tidak terkonsep dalam bentuk jamak.

Ayat 2: Sifat Al-Shamad (Tempat Bergantung)

Ash-Shamad adalah sifat Allah yang sangat dalam maknanya. Ia berarti Yang Maha Dibutuhkan, Yang Maha Dibutuhkan oleh seluruh makhluk untuk memenuhi kebutuhan mereka, sementara Dia sendiri Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun. Semua makhluk bergantung kepada-Nya untuk rezeki, pertolongan, kehidupan, dan segala hajatnya. Ayat ini menolak anggapan bahwa ada Tuhan lain yang mampu memberi manfaat atau mudharat secara independen.

Ayat 3: Penolakan Peranak dan Diperanakkan

Ayat ini secara langsung menolak tiga kekeliruan besar dalam akidah. Pertama, menolak anggapan bahwa Allah memiliki anak (seperti yang diklaim oleh sebagian Yahudi atau Nasrani). Kedua, menolak anggapan bahwa Allah dilahirkan atau berasal dari entitas lain. Ketiadaan kelahiran dan keturunan ini menegaskan bahwa Allah adalah Al-Awwal (Yang Pertama) dan Al-Akhir (Yang Terakhir) tanpa permulaan atau akhir yang berasal dari sebab.

Ayat 4: Penolakan Kesetaraan (Kufuwan)

Ayat terakhir ini menyimpulkan dengan penafian absolut. "Walam yakul lahu kufuwan ahad" berarti tidak ada satu pun ciptaan-Nya yang setara, sebanding, atau serupa dengan-Nya. Tidak ada dewa lain, tidak ada tandingan, tidak ada yang bisa disejajarkan dalam hal kekuasaan, keagungan, kesempurnaan, atau nama-nama-Nya yang paling mulia.

Mempelajari dan mengamalkan Surah Al-Ikhlas adalah kunci untuk memurnikan ibadah dan meneguhkan akidah Tauhid dalam kehidupan sehari-hari.

🏠 Homepage