Kisah Pasukan Gajah dan Kehancurannya

Ilustrasi Penghancuran Pasukan Gajah Gambar skematis batu-batu kecil yang jatuh dari langit menghantam formasi gajah yang mendekat. Batu dari Sajjiil Pasukan Abrahah

Surat Al-Fil, yang berarti "Gajah", adalah salah satu surat pendek di dalam Al-Qur'an yang menceritakan tentang mukjizat nyata dan pertolongan Allah SWT kepada Baitullah (Ka'bah) di Mekkah. Kisah ini melibatkan pasukan besar yang dipimpin oleh Abrahah, penguasa Yaman, yang berniat menghancurkan Ka'bah karena iri dengan kemuliaan Baitullah yang dikunjungi banyak orang untuk beribadah.

Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya yang Maha Dahsyat dengan mengirimkan burung-burung yang membawa batu-batu dari tanah liat yang dibakar (sijjil). Dalam beberapa ayat sebelumnya, kita telah memahami bagaimana pasukan tersebut dihancurkan. Kini, kita akan fokus pada inti ayat keempat yang menjelaskan sifat batu yang digunakan sebagai azab tersebut.

Fokus Utama: Lafal Surat Al-Fil Ayat 4

Berikut adalah lafal dari Surah Al-Fil (105) ayat ke-4:

تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ

(yang) melempari mereka dengan batu dari tanah yang keras (terbakar).

Uraian Lafal dan Makna

Lafal "تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ" (Tarmihim bihijaratin min sijjeel) adalah puncak dari mekanisme pertolongan ilahi yang diturunkan kepada pasukan gajah Abrahah. Ayat ini menjelaskan detail alat penghukum tersebut.

Analisis Kata Kunci

Bayangkan betapa mengerikannya hukuman ini. Pasukan Abrahah yang mengandalkan jumlah besar dan kekuatan gajah sebagai tank perang mereka, dihancurkan oleh benda yang secara fisik terlihat kecil—batu seukuran kacang polong atau kelereng—namun memiliki kekuatan destruktif yang luar biasa karena berasal dari perintah ilahi. Batu-batu tersebut tidak hanya mengenai, tetapi menembus dan menghancurkan tubuh mereka hingga menjadi seperti daun-daun yang dimakan ulat, sebagaimana dijelaskan di ayat terakhir surat Al-Fil.

Hikmah di Balik Batu Pembakar

Kisah Al-Fil mengajarkan kepada kita pelajaran mendalam tentang kesombongan dan kekuasaan Allah. Ketika manusia—bahkan seorang pemimpin besar dengan kekuatan militer yang tampak tak terkalahkan—berani menodai kesucian tempat ibadah Allah, maka pertolongan Allah pasti datang dengan cara yang tak terduga.

Penggunaan batu sijjeel menegaskan beberapa poin penting:

  1. Kelemahan Materi: Kekuatan fisik dan senjata modern (pada masa itu) tidak ada artinya di hadapan kehendak Allah. Batu kecil lebih efektif daripada tombak atau pedang.
  2. Kehinaan Pelaku Maksiat: Meskipun Abrahah besar dan memiliki pasukan gajah, azab yang menimpanya membuatnya menjadi sangat hina, hancur lebur tanpa menyisakan perlawanan berarti.
  3. Keagungan Ka'bah: Gangguan sekecil apa pun terhadap rumah Allah akan mendapatkan balasan setimpal. Kisah ini menjadi pengingat sejarah bahwa Allah senantiasa menjaga kehormatan-Nya.

Membaca dan memahami lafal Surat Al-Fil ayat 4, "تَرْمِيهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ", harus mengokohkan keyakinan kita bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menandingi kekuatan Sang Pencipta. Persiapan dan perencanaan manusia akan sia-sia jika bertentangan dengan ketetapan Ilahi. Kehancuran pasukan gajah adalah bukti nyata bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

🏠 Homepage