Surat Al Ikhlas, yang juga dikenal dengan nama Surah Tauhid, adalah salah satu surat terpendek namun memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari empat ayat pendek dan menjadi penegasan mutlak mengenai keesaan (tauhid) Allah SWT. Keutamaannya sangat besar, bahkan Rasulullah SAW menyamakannya dengan sepertiga Al-Qur'an. Memahami setiap ayatnya, termasuk terjemah surat Al Ikhlas ayat 2, adalah kunci untuk menguatkan akidah seorang Muslim.
Surat ini turun sebagai jawaban atas pertanyaan orang-orang musyrik dan Yahudi di Madinah yang bertanya tentang nasab atau siapa yang patut disembah. Allah SWT kemudian menurunkan surah ini untuk memberikan batasan dan definisi tegas mengenai Dzat-Nya yang Maha Esa, tanpa perbandingan, tanpa tandingan, dan tanpa sekutu.
Ayat kedua dalam surat ini langsung menuju inti pembahasan tauhid yang membedakan Allah dari makhluk-Nya. Ayat ini berbunyi:
Ayat pendek ini mengandung makna yang sangat mendalam. Kata "Ash-Shamad" (الصَّمَدُ) dalam bahasa Arab memiliki beberapa interpretasi agung yang saling melengkapi, dan semua mengarah pada kesempurnaan sifat Allah:
Ketika kita merenungkan terjemah surat Al Ikhlas ayat 2, kita diingatkan untuk memfokuskan seluruh harapan dan ketergantungan kita hanya kepada-Nya. Ketergantungan kepada selain Allah adalah kesyirikan kecil (syirkul asghar) yang dapat merusak keikhlasan ibadah kita. Ayat ini mengajarkan bahwa dalam segala kesulitan, keputusasaan, dan kebutuhan, hanya ada satu sumber yang tidak akan pernah mengecewakan: Ash-Shamad.
Untuk memahami kedalaman ayat kedua, penting untuk melihat hubungannya dengan ayat pertama dan ketiga:
Secara keseluruhan, terjemah surat Al Ikhlas ayat 2 berfungsi sebagai pilar yang menopang konsep tauhid dalam surat ini. Keesaan (Ahad) Allah menuntut adanya ketergantungan total (Shamad) kepada-Nya, karena Dia Maha Sempurna dan tiada tandingan.
Oleh karena itu, penghayatan mendalam terhadap makna "Allahus-Shamad" akan mengubah cara seorang Muslim memandang dunia. Kekayaan, kekuasaan, kesehatan, dan keamanan; semuanya adalah titipan dari Yang Maha Memberi, dan hanya kepada-Nya kita harus kembali ketika semua sumber daya duniawi telah habis atau tidak mampu memberikan solusi. Memahami dan mengamalkan tauhid ini adalah jalan menuju ketenangan hakiki.