Membuka Hakikat Pembuka Al-Qur'an
Pengantar Tafsir Jalalain
Kitab tafsir Jalalain merupakan salah satu karya tafsir klasik yang paling populer dan banyak dikaji di dunia Islam. Kitab ini disusun oleh dua ulama besar dengan nama Jalaluddin, yaitu Jalaluddin Al-Mahalli (yang memulai) dan Jalaluddin As-Suyuthi (yang menyempurnakan). Tafsir ini dikenal karena ringkas, padat, dan jelas, menjadikannya referensi utama bagi banyak pelajar ilmu tafsir, terutama bagi mereka yang ingin memahami makna ayat-ayat Al-Qur'an secara cepat dan mendalam.
Surat Al-Fatihah, sebagai "Ummul Kitab" (Induk Al-Qur'an), tentu mendapat perhatian khusus dalam Jalalain. Karena sifatnya yang ringkas namun mencakup esensi ajaran Islam, penjelasannya haruslah tepat dan mudah dipahami. Dalam Jalalain, tafsir Al-Fatihah disajikan secara lapang, menjelaskan makna di balik setiap kata dan kalimat, yang merupakan fondasi keimanan seorang Muslim.
Tafsir Ayat per Ayat Surat Al-Fatihah
Berikut adalah tinjauan singkat tafsir Jalalain terhadap tujuh ayat Surat Al-Fatihah:
1. Bismillahirrahmanirrahim (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Menurut Jalalain, permulaan ini adalah *iftitah* (pembukaan) yang disunnahkan untuk memulai setiap amal baik, termasuk membaca Al-Qur'an. Kata 'Ismi' (nama) adalah keterangan bagi kata kerja yang dihilangkan (seperti 'Aku memulai'), yang menunjukkan bahwa segala sesuatu dilakukan dengan memohon pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT. Allah SWT diterangkan dengan dua sifat utama: Ar-Rahman (Maha Pengasih) yang kasih sayangnya meliputi seluruh makhluk di dunia, dan Ar-Rahim (Maha Penyayang) yang kasih sayangnya secara khusus dicurahkan kepada orang-orang beriman di akhirat.
2. Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin (Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam)
Ayat ini adalah pujian totalitas (hamd) hanya kepada Allah. Kata 'Alamin' merujuk pada segala sesuatu yang dijadikan selain Allah, baik yang berakal maupun yang tidak berakal. Ini menegaskan keesaan Allah sebagai Rabb (Pemelihara, Pengatur, dan Pencipta) atas seluruh ciptaan-Nya.
3. Ar-Rahmani Ar-Rahim (Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)
Penekanan sifat kasih sayang Allah diulang di sini. Beberapa ulama tafsir, termasuk dalam Jalalain, menafsirkan bahwa pengulangan ini bertujuan untuk menanamkan rasa harap (raja') yang besar kepada hamba-Nya, bahwa Allah sangat mencintai hamba-Nya yang taat.
4. Maliki Yaumid Din (Pemilik hari pembalasan)
Allah adalah pemilik tunggal segala urusan pada hari kiamat, yaitu hari pembalasan amal perbuatan manusia. Tidak ada yang berhak menghakimi selain Dia. Ini mengandung peringatan keras tentang tanggung jawab individu atas perbuatannya.
5. Iyyaka Na’budu (Hanya Engkaulah yang kami sembah)
Ayat ini menunjukkan penegasan tauhid uluhiyah (keesaan dalam peribadatan). Kata "hanya Engkaulah" (Iyyaka) diletakkan di awal untuk penekanan eksklusifitas peribadatan hanya kepada Allah SWT.
6. Wa Iyyaka Nasta’in (Dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan)
Mengikuti peribadatan, permohonan pertolongan juga dikhususkan hanya kepada-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa segala daya upaya manusia bergantung pada izin dan pertolongan Allah.
7. Ihdinas-Siratal Mustaqim (Tunjukilah kami jalan yang lurus)
Ini adalah puncak doa dalam Al-Fatihah. Permohonan agar ditunjukkan kepada Siratal Mustaqim—jalan Islam yang benar, jelas, dan selamat—adalah esensi dari kerendahan seorang hamba di hadapan Tuhannya yang Maha Tahu.
(Jalan orang-orang yang Engkau anugerahi nikmat atas mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.)
Jalalain menjelaskan bahwa "jalan yang lurus" ini didefinisikan lebih lanjut sebagai jalannya para Nabi dan orang-orang yang diberi nikmat (seperti syuhada dan shalihin), berbeda dengan jalan orang-orang yang dimurkai (seperti Yahudi) dan orang-orang yang sesat (seperti Nasrani, dalam konteks tafsir klasik).
Signifikansi Pemahaman Jalalain
Keunggulan tafsir Jalalain terletak pada kemampuannya menyajikan makna dasar secara ringkas tanpa mengurangi kedalaman makna akidah dan syariat. Bagi pembelajar, mengkaji Al-Fatihah melalui Jalalain memperkuat pemahaman bahwa shalat kita bukanlah sekadar ritual hafalan, melainkan sebuah dialog intensif yang menegaskan ketundukan total, pengakuan keesaan Allah, dan permohonan bimbingan abadi.
Memahami penekanan Jalalain pada tauhid di setiap ayat Al-Fatihah membantu seorang Muslim menyadari bahwa ibadah sejati harus terpusat hanya kepada Allah semata, dari pujian, penyembahan, hingga permohonan pertolongan. Inilah inti ajaran yang ditegaskan berulang kali dalam tafsir klasik yang ringkas namun sarat makna ini.