Pengantar Tafsir Surah Al-Qadr
Surah Al-Qadr (QS. Al-Qadr) adalah salah satu surah terpendek dalam Al-Qur'an, namun menyimpan makna yang luar biasa dalam mengenai keagungan malam turunnya Al-Qur'an. Surah ini terdiri dari lima ayat pendek yang padat, yang secara eksplisit menjelaskan keistimewaan malam yang dikenal sebagai "Lailatul Qadr" atau Malam Seribu Bulan. Memahami tafsir surah ini adalah kunci untuk menghayati momen penting dalam sejarah Islam.
Teks dan Terjemahan Singkat
Berikut adalah teks asli Arab beserta terjemahan singkatnya, sebagai dasar dalam menelaah tafsirnya:
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2)
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4)
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلِعِ الْفَجْرِ (5)
Artinya secara ringkas: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya membawa segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar."
Tafsir Ayat per Ayat
Ayat 1: Penurunan Al-Qur'an
Ayat pertama menegaskan momen bersejarah: turunnya Al-Qur'an. Meskipun Al-Qur'an diturunkan secara bertahap selama 23 tahun, malam di mana penurunan permulaan terjadi (wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW) adalah Malam Al-Qadr. Ini menunjukkan betapa vitalnya malam ini karena menjadi titik awal dari risalah Islam.
Ayat 2: Pertanyaan Retoris tentang Keagungan
Pertanyaan "Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?" bukan bertujuan untuk mencari informasi, melainkan untuk menarik perhatian pembaca (dan Rasulullah SAW) pada keagungan peristiwa yang akan dijelaskan selanjutnya. Ini adalah teknik retoris untuk menekankan signifikansi sesuatu yang melampaui pemahaman biasa.
Ayat 3: Lebih Baik dari Seribu Bulan
Inilah inti kemuliaan yang sesungguhnya. "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan." Seribu bulan setara dengan kurang lebih 83 tahun. Melakukan ibadah pada malam ini dinilai memiliki ganjaran yang jauh melampaui amal saleh yang dilakukan selama rentang waktu yang sangat panjang tersebut jika dilakukan tanpa Lailatul Qadr. Ini memotivasi umat Islam untuk mencari dan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah maksimal.
Ayat 4: Turunnya Malaikat dan Jibril
Keagungan malam ini semakin diperjelas dengan turunnya para malaikat, termasuk Ruhul Amin (Malaikat Jibril). Kehadiran mereka secara kolektif membawa rahmat dan ketenangan atas izin Allah SWT, membawa ketetapan (qadar) segala urusan duniawi untuk tahun yang akan datang. Ini menunjukkan bahwa Malam Al-Qadr adalah momen transfer takdir ilahi kepada dunia melalui para utusan langit.
Ayat 5: Kesejahteraan Hingga Fajar
Ayat terakhir ini menutup dengan deskripsi suasana malam tersebut: "Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar." Kata 'salam' (kesejahteraan/kedamaian) menunjukkan bahwa malam tersebut bebas dari bencana, penuh dengan rahmat, dan ketenangan yang mengalir dari keberkahan ibadah yang dilakukan. Keadaan damai ini berlangsung hingga waktu Subuh tiba, menandakan bahwa rahmat Allah SWT melimpah sepanjang malam tersebut.
Waktu Pelaksanaan Malam Al-Qadr
Meskipun Surah Al-Qadr tidak menentukan tanggal pastinya, konsensus ulama berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW menetapkan bahwa Malam Al-Qadr berada di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, khususnya pada malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, atau 29). Tujuan penyembunyian waktunya adalah agar umat Islam bersungguh-sungguh beribadah sepanjang sepuluh malam terakhir, sehingga mendapatkan keberkahan tersebut.
Pentingnya Tadarrus dan I'tikaf
Oleh karena keutamaannya, umat Islam dianjurkan untuk melakukan I'tikaf (berdiam diri di masjid untuk ibadah) dan memperbanyak tadarrus (membaca Al-Qur'an) pada malam-malam ini. Dengan mencari Lailatul Qadr, seorang mukmin berkesempatan memanen pahala besar dan membersihkan jiwa dari dosa-dosa masa lalu, berkat rahmat yang dicurahkan Allah SWT pada malam yang penuh kemuliaan tersebut.