Menggali Hikmah dari Surat Asy-Syams dan Ad-Dhuha

Cahaya Pagi dan Sumpah Semesta

Ilustrasi visualisasi energi cahaya pagi.

Al-Qur'an, Kalamullah, tersusun dari surat-surat mulia yang masing-masing menyimpan pesan mendalam dan hikmah universal. Di antara rentetan ayat tersebut, terdapat dua surat yang memiliki kaitan erat dalam tema sumpah dan penegasan atas kebesaran Allah SWT, yaitu Surat Asy-Syams (Matahari) dan Surat Ad-Dhuha (Waktu Dhuha atau Pagi Hari).

"Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembentukannya, dan bumi serta yang menghamparkannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)." (QS. Asy-Syams: 1-7, sebagian).

Surat Asy-Syams: Sumpah Semesta dan Kebebasan Memilih

Surat Asy-Syams, yang berarti Matahari, dibuka dengan serangkaian sumpah agung oleh Allah SWT. Sumpah ini bukan dilakukan tanpa sebab; ia berfungsi untuk memberikan penekanan yang luar biasa kuat terhadap ayat-ayat selanjutnya. Allah bersumpah demi matahari, bulan, siang, malam, langit, bumi, hingga jiwa manusia.

Inti dari sumpah-sumpah kosmik ini bermuara pada satu titik krusial, yaitu penetapan konsep takwa (kesalehan) dan fujur (kejahatan) dalam diri manusia. Ayat 7 hingga 10 dari surat ini adalah penegasan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada setiap jiwa kemampuan untuk memilih jalan mana yang akan ditempuhnya:

"Maka Allah mengilhamkan kepadanya (jiwa itu) jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya."

Ini adalah janji keadilan ilahi sekaligus pengingat akan tanggung jawab individu. Keberuntungan atau kerugian bukanlah takdir buta, melainkan konsekuensi langsung dari pilihan sadar yang dibuat oleh jiwa itu sendiri. Surat Asy-Syams mengajarkan kita bahwa alam semesta bersaksi atas integritas pilihan moral kita.

Surat Ad-Dhuha: Penghiburan dan Kehangatan Janji

Berpindah ke Surat Ad-Dhuha, suasana yang disuguhkan terasa jauh lebih intim dan personal. Surat ini diyakini turun sebagai penghiburan bagi Nabi Muhammad SAW di saat-saat beliau mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau ragu setelah jeda wahyu yang cukup lama. Nama surat ini merujuk pada waktu pagi yang cerah dan hangat, waktu ketika energi baru mulai memancar.

Allah memulai Ad-Dhuha dengan sumpah yang lebih spesifik dan penuh kelembutan:

"Demi waktu dhuha (ketika matahari naik tinggi), dan demi malam apabila telah sunyi." (QS. Ad-Dhuha: 1-2).

Sumpah ini menegaskan bahwa tidak ada momen dalam kehidupan, baik terang maupun gelap, yang luput dari pengawasan dan rahmat Allah. Ayat-ayat berikutnya membawa janji manis yang menjadi sumber kekuatan bagi setiap mukmin yang sedang menghadapi kesulitan atau merasa terabaikan:

"Tuhanmu tidak meninggalkanmu dan tidak (pula) membencimu. Dan sungguh, kehidupan akhirat itu lebih baik bagimu daripada kehidupan duniawi. Dan kelak Tuhanmu pasti menganugerahkan (nikmat) kepadamu, sehingga engkau menjadi puas." (QS. Ad-Dhuha: 3-5).

Surat Ad-Dhuha adalah kapsul harapan. Ia mengingatkan bahwa masa sulit (seperti malam yang sunyi) pasti akan digantikan oleh kemudahan dan kebahagiaan (seperti waktu Dhuha yang cerah). Ia menekankan bahwa ketekunan dalam ibadah dan kebaikan (seperti berbuat baik kepada anak yatim dan orang yang meminta) akan dibalas dengan kelimpahan dari Tuhan.

Korelasi Cahaya dan Pencerahan

Keterkaitan antara Asy-Syams dan Ad-Dhuha terletak pada konsep 'Cahaya'. Asy-Syams memberikan sumpah atas cahaya kosmik yang besar (Matahari), sementara Ad-Dhuha fokus pada cahaya waktu yang spesifik (Pagi). Keduanya adalah representasi kekuasaan Allah yang mengatur tatanan alam.

Jika Asy-Syams berbicara tentang keharusan moral dan pilihan spiritual yang berat, Ad-Dhuha memberikan dukungan emosional bahwa setiap langkah menuju ketakwaan akan selalu dibimbing dan tidak akan pernah diabaikan oleh-Nya. Membaca kedua surat ini secara berurutan dalam refleksi spiritual dapat memberikan keseimbangan: penegasan tanggung jawab (Asy-Syams) diikuti dengan afirmasi janji kemurahan (Ad-Dhuha).

Memahami makna di balik sumpah kosmik dan janji penghiburan ini membantu seorang Muslim untuk menavigasi kehidupan dengan kesadaran penuh—sadar akan kebebasan memilihnya, namun juga sadar bahwa ia berada di bawah naungan kasih sayang Ilahi yang tak pernah padam.

🏠 Homepage