Surat Al-Qadr (Kadar), yang terdiri dari lima ayat pendek, adalah salah satu surat yang paling sarat makna dalam Al-Qur'an. Surat ini secara eksplisit menjelaskan tentang malam yang paling mulia dalam setahun, yaitu Lailatul Qadr (Malam Kemuliaan). Malam ini merupakan malam di mana Al-Qur'an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan keutamaannya jauh melebihi seribu bulan.
Memahami makna dari setiap ayat dalam surat ini memberikan kita gambaran betapa berharganya waktu yang singkat tersebut. Malam ini penuh dengan rahmat, keberkahan, dan ampunan Ilahi, sehingga umat Islam dianjurkan untuk menghidupkannya dengan ibadah maksimal.
(1) Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan.
(2) Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?
(3) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.
(4) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk membawa semua urusan.
(5) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Ayat pertama langsung menegaskan peristiwa monumental: penurunan Al-Qur'an, pedoman hidup umat manusia, terjadi pada suatu malam yang sangat istimewa, yaitu Lailatul Qadr. Penurunan ini terjadi secara bertahap (bukan sekaligus), dan permulaan penurunan itulah yang diperingati pada malam ini. Ini menunjukkan betapa tingginya status Al-Qur'an dan malam di mana ia mulai diturunkan.
Ayat kedua menggunakan gaya retoris yang khas dalam Al-Qur'an: "Dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?" Pertanyaan ini bukan karena Allah tidak tahu, tetapi untuk menarik perhatian pembaca dan menekankan betapa dahsyatnya keutamaan malam tersebut, sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut. Ini membangkitkan rasa ingin tahu dan urgensi untuk mencari tahu.
Inilah inti penekanan kemuliaan malam tersebut: "Lebih baik daripada seribu bulan." Seribu bulan setara dengan kurang lebih 83 tahun masa hidup. Jika seseorang beribadah sepanjang malam ini saja, pahalanya melampaui ibadah sepanjang usia hidup yang sangat panjang tanpa Lailatul Qadr. Ini mendorong umat Islam untuk berlomba-lomba meraih malam tersebut, meskipun tanggal pastinya dirahasiakan oleh Allah SWT.
Pada malam ini, terjadi pergerakan besar di alam semesta. Ayat ini menjelaskan bahwa para malaikat, dipimpin oleh Ruhul Amin (Malaikat Jibril), turun ke bumi dengan izin Allah. Mereka tidak turun tanpa tujuan; mereka membawa ketetapan dan segala urusan (rezeki, takdir, dan kemaslahatan) untuk tahun yang akan datang. Turunnya para malaikat dalam jumlah besar menandakan berkah dan penghormatan khusus dari langit untuk bumi.
Ayat penutup menjanjikan keamanan dan kedamaian (salam). Malam Lailatul Qadr dipenuhi ketenteraman, tidak ada keburukan, permusuhan, atau kegelisahan yang menyertai turunnya rahmat dan malaikat. Kedamaian ini berlangsung hingga waktu fajar tiba, menandakan bahwa malam tersebut adalah waktu yang sangat aman untuk beribadah dengan khusyuk.
Meskipun Allah menyembunyikan tanggal pasti Lailatul Qadr, mayoritas ulama sepakat bahwa malam ini berada dalam sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, dengan kecenderungan besar pada malam-malam ganjil. Penyembunyian ini memiliki hikmah mendalam. Jika tanggalnya pasti, umat mungkin hanya akan beribadah pada malam itu saja. Namun, dengan dirahasiakannya, umat Islam didorong untuk senantiasa meningkatkan kualitas ibadah mereka di seluruh sepuluh malam terakhir Ramadan, sehingga mereka secara konsisten berada dalam keadaan siap menerima rahmat Allah.
Surat Al-Qadr mengajarkan kita tentang nilai waktu yang sesungguhnya. Ia bukan tentang kuantitas tahun, melainkan kualitas momen ibadah yang kita lakukan. Dengan memahami lima ayat ini, harapan kita saat memasuki malam-malam ganjil di akhir Ramadan adalah meraih ampunan, ketenangan, dan keberkahan yang nilainya tak ternilai harganya di sisi Allah SWT.